Audit Pembelian – Siklus Pembelian & Utang

Audit Pembelian

Audit Siklus Pembelian dan Utang Usaha

Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran Utang

Tujuan dalam audit Siklus Pembelian (Siklus Akuisisi dan Pembayaran) adalah untuk  mengevaluasi apakah akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan pengeluaran kas untuk akuisisi tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi. Gambar 18-41 menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Ada tiga kelas transaksi yang termasuk dalam siklus Pembelian dan pembayaran utang, yaitu :

  1. Akuisisi/pembelian barang dan jasa
  2. Pencairan kas / pembayaran
  3. Retur pembelian dan allowance dan diskon pembelian
Audit Pembelian
Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran Utang

Akun-akun yang terdapat dalam siklus pembelian dan pembayaran utang ditunjukkan oleh t-account pada gambar di atas. Dalam gambar tersebut, ditampilkan bahwa setiap transaksi didebet dan dikredit ke akun utang dagang. Akun yang diuji dalam siklus ini hanya untuk ketiga jenis transaksi dalam siklus pembelian dan pembayaran utang.

Fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang Terkait

Terdapat empat fungsi bisnis dalam siklus pembelian dan pembayaran utang, yaitu:

  1. Memproses pesanan pembelian

Permintaan barang atau jasa oleh personel klien adalah titik awal siklus atau mengawali siklus pembelian dan pembayaran utang, dokumen yang sering digunakan, meliputi:

    • Permintaan pembelian (purchase requisition)

Digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang. Perusahaan seringkali mengandalkan titik.

Purchase requisition adalah dokumen yang digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang. Ini dapat berupa permintaan untuk akuisisi seperti bahan oleh staf produksi atau pengawas gudang, perbaikan luar oleh personil kantor atau pabrik, atau asuransi oleh wakil presiden yang bertanggung jawab atas properti dan peralatan.

    • Pesanan pembelian (purchase order)

Digunakan untuk memesan barang dan jasa kepada vendor. Mencakup deskripsi, kuantitas dan informasi terkait tentang barang atau jasa yang diinginkan perusahaan. Dan seringkali juga digunakan untuk menunjukkan otosiasi akuisisi. Perusahaan biasanya menyerahkan pesanan pembelian secara elektronik kepada vendor yang telah memiliki sisitem Electronic Data Interchange (EDI).

Purchase order adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan jasa dari vendor. Ini mencakup uraian, jumlah, dan informasi terkait untuk barang dan jasa yang ingin dibeli perusahaan dan sering digunakan untuk menunjukkan otorisasi akuisisi.

  1. Menerima barang dan jasa

Merupakan titik kritis dalam siklus pembelian dan pembayaran utang karena merupakan saat dimana sebagian besar perusahaan mulai mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Jika barang telah diterima, akan dilakukan pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang tepat waktu dan kondisinya. Laporan penerimaan (receiving report) merupakan dokumen yang dibuat saat barang diterima. Laporan tersebut mencantumkan data yang relevan.

Penerimaan oleh perusahaan barang atau jasa dari vendor adalah titik kritis dalam siklus karena saat itulah sebagian besar perusahaan pertama kali mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatan mereka. Ketika barang diterima, kontrol yang memadai memerlukan pemeriksaan untuk deskripsi, jumlah, kedatangan tepat waktu, dan kondisi. Receiving report adalah kertas atau dokumen elektronik yang disiapkan pada saat barang diterima. Ini termasuk deskripsi barang, jumlah yang diterima, tanggal yang diterima, dan data terkait lainnya.

  1. Mengakui kewajiban

Pengakuan yang tepat atas liabilitas untuk penerimaan barang dan jasa membutuhkan pencatatan yang cepat dan akurat. Pencatatan awal mempengaruhi laporan keuangan dan pencairan kas aktual, Oleh karena itu, perusahaan harus berhati-hati untuk memasukkan semua transaksi akuisisi, hanya akuisisi yang terjadi, dan pada jumlah yang benar.

Pengakuan kewajiban atas penerimaan barang dan jasa memerlukan pecatatan yang tepat waktu dan akurat karena akan memengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas aktual. Dokumen dan catatan yang umum meliputi:

      1. Faktur Vendor (Vendor’s Invoice). Merupakan dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan jumlah yang terutang atas suatu transaksi akuisisi/pembelian. Ini menunjukkan deskripsi dan jumlah barang dan jasa yang diterima, harga (termasuk ongkos angkut), ketentuan diskon tunai, tanggal tagihan, dan jumlah total. Faktur vendor penting karena menunjukkan jumlah yang dicatat dalam file transaksi akuisisi.
      2. Memo Debet (Debit Memo) adalah dokumen yang diterima dari vendor dan Menunjukkan pengurangan jumlah yang terutang kepada vendor akibat retur barang/pengembalian barang atau allowance yang diberikan.  
      3. Voucher, Digunakan dalam menetapkan cara yang formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi. Terutama dengan memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi nomor urut. Voucher mencakup lembar sampul atau folder untuk berisi dokumen dan paket dokumen yang relevan seperti pesanan pembelian, salinan slip kemasan, laporan penerimaan, dan faktur vendor. Setelah pembayaran, salinan cek atau transfer dana elektronik ditambahkan ke paket voucher.
      4. File Transaksi File yang dibuat komputer yang meliputi semua transaksi akuisisi yang diproses oleh suatu sistem akuntansi selama suatu periode.
      5. Jurnal Akuisisi atau Listing (Acquisitions Journal). Seringkali disebut jurnal
      6. File Induk Utang Usaha (Accounts Payable Master File). Mencatat transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akusisisi untuk setiap Diperbarui dari file transaksi akuisisi, retur dan pengurangan serta pengeluaran kas yang terkomputerisasi.
      7. Neraca Saldo Utang Usaha (Accounts Payable Trial Balance). Mencantumkan jumlah yang terutang untuk setiap vendor dan dibuat secara langsung dari file induk utang
      8. Laporan Vendor (Vendor’s Statement). Dokumen yang dibuat vendor dan menunjukkan seluruh aktivitas dan saldo yang terkait dengan akuisisi dari vendor

 

  1. Mencatat dan memproses pengeluaran kas

Pembayaran untuk barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan untuk semua entitas. Kegiatan ini secara langsung mengurangi saldo dalam akun kewajiban, khususnya hutang dagang. Dokumen yang terkait dengan proses pengeluaran kas yang diperiksa auditor termasuk:

  1. Digunakan untuk membayar akuisisi ketika pembayaran telah jatuh tempo. Dalam beberapa rencana EDI, perusahaan menyerahkan pembayaran secara elektronik kepada vendor melalui transfer dana elektronik (Electronic Funds Transfer) antara bank perusahaan dan bank vendor.
  2. File Transaksi Pengeluaran File yang dibuat dengan komputer yang mencantumkan semua transaksi pengeluaran kas oleh sistem akuntansi selama periode tertentu.
  3. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas. Listing atau laporan yang dibuat dari file transaksi pengeluaran kas yang mencantumkan semua transaksi selama setiap periode
  4. Cek. Dokumen ini biasanya digunakan untuk membayar akuisisi saat pembayaran jatuh tempo. Cek biasanya disiapkan dalam format multi-salinan, dengan yang asli pergi ke penerima pembayaran, satu salinan diajukan dengan faktur vendor dan dokumen pendukung lainnya, dan satu lagi diajukan secara numerik. Dalam kebanyakan kasus, cek individual dicatat dalam file transaksi pengeluaran tunai.

Berikut tabel yang memuat kelas transaksi, akun, fungsi bisnis, serta dokumen dan pencatatan terkait dengan Siklus Pembelian. 

Audit Pembelian dan Utang Usaha

Penjelasan singkat fungsi bisnis Siklus Pembelian :

(untuk lebih lengkapnya silahkan baca di buku Arens, 2016 hlm. 606 s/d 609)

Metodologi untuk Merancang TOC dan STOT

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran dibagi ke dalam dua bidang yang luas:

  1. Pengujian Meliputi tiga dari empat fungsi bisnis.
  2. Pengujian Menyangkut fungsi keempat.

TOC dan STOT untuk Siklus Pembelian (Siklus Akuisisi dan Pembayaran) dibagi menjadi dua bidang besar:

  1. Tes akuisisi, yang menyangkut tiga dari empat fungsi bisnis yang dibahas sebelumnya dalam bab ini: memproses pesanan pembelian, menerima barang dan jasa, dan mengakui ltabilitas.
  2. Tes pembayaran, yang menyangkut fungsi keempat, pemrosesan dan pencatatan pembayaran kas Metodologi dalam merancang TOC dan STOT Siklus Pembelian adalah sbb.

Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif sama seperti yang telah digunakan di bab-bab sebelumnya. Yaitu digambarkan di bawah ini.

metode merancang pengujian pengendalian dan Susbstantive tes siklus pembayaran dan akuisisi
metode merancang pengujian pengendalian dan Susbstantive tes siklus pembayaran dan akuisisi

Tahapan ke-1, ke-2, dan ke-3 pada metodologi tersebut telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Oleh karena itu, pada pertemuan ini kita akan langsung membahas tahap terakhir.

Dalam merancang TOC dan STOT, terlebih dahulu kita harus mengetahui tujuan audit serta asersi yang sesuai. Berikut adalah tujuan audit dan asersi atas akuisisi (Standar Asersi AICPA).

Tujuan Audit Terkait Transaksi

Asersi

Akuisisi tercatat adalah untuk barang dan jasa yang diterima, konsisten dengan kepentingan terbaik klien

Occurrence

Transaksi akuisisi yang ada telah dicatat

Completeness

Transaksi akuisisi yang dicatat adalah akurat

Accuracy

Transaksi akuisisi dimasukkan dengan benar dalam buku besar A/P dan Inventory dan dijumlahkan dengan benar

Posting and Summarization

Transaksi akuisisi diklasifikasikan dengan benar

Classification

Transaksi akuisisi dicatat pada tanggal yang benar

Timing

Empat dari enam tujuan audit terkait transaksi untuk akuisisi patut mendapat perhatian khusus dan karenanya diperiksa lebih dekat. Ketepatan banyak akun aset, kewajiban, dan pengeluaran tergantung pada pencatatan transaksi yang benar dalam jurnal akuisisi, terutama terkait dengan empat tujuan ini.

  1. Akuisisi tercatat adalah untuk barang dan layanan yang diterima, konsisten dengan kepentingan terbaik klien (Occurence). Kontrol yang memadai mencegah pencatatan akuisisi yang tidak disengaja agar tidak terjadi, terutama merekam akuisisi duplikat. Kontrol yang memadai juga cenderung mencegah klien untuk memasukkan sebagai pengeluaran bisnis atau transaksi penipuan aset atau yang terutama menguntungkan manajemen atau karyawan lain daripada entitas yang diaudit.
  2. Akuisisi yang ada telah dicatat (Completeness). Kegagalan untuk mencatat perolehan barang dan jasa yang diterima meng-understate hutang dagang dan dapat mengakibatkan berlebihannya pendapatan bersih dan ekuitas pemilik. Oleh karena itu, auditor menganggap ini sebagai tujuan penting untuk akuisisi. Mungkin sulit dalam beberapa audit untuk melakukan tes rincian saldo untuk menentukan apakah ada transaksi yang tidak tercatat, sehingga auditor harus mengandalkan kontrol dan pengujian substantif transaksi untuk tujuan ini. Selain itu, karena audit hutang dagang biasanya memakan waktu yang cukup lama, pengendalian internal yang efektif, diuji dengan benar, dapat secara signifikan mengurangi biaya audit.
  3. Akuisisi dicatat secara akurat (Accuracy). Tingkat pengujian rincian banyak neraca dan akun pengeluaran tergantung pada evaluasi auditor atas efektivitas pengendalian internal terhadap keakuratan transaksi akuisisi yang dicatat. Misalnya, jika auditor yakin bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam jurnal akuisisi, dapat diterima untuk lebih sedikit menjamin akuisisi periode berjalan selama pengujian rincian saldo daripada jika kontrolnya tidak memadai. Ketika klien menggunakan pencatatan perpetual inventory, pengujian rincian inventaris juga dapat dikurangi secara signifikan jika auditor yakin bahwa catatan abadi tersebut akurat. Kontrol atas akuisisi yang termasuk dalam pencatatan perpetual biasanya diuji sebagai bagian dari pengujian kontrol dan pengujian substantif transaksi untuk akuisisi.
  4. Akuisisi diklasifikasikan dengan benar (Classification). Pengujian rincian akun individu tertentu dapat dikurangi jika auditor yakin bahwa pengendalian internal memadai untuk memberikan jaminan yang wajar atas klasifikasi yang benar dalam jurnal akuisisi. Meskipun semua akun dipengaruhi sampai taraf tertentu oleh kontrol yang efektif atas klasifikasi, dua area yang paling terpengaruh adalah akuisisi aset tetap periode berjalan, dan semua akun pengeluaran, seperti perbaikan dan pemeliharaan, utilitas, dan iklan. Ini relatif memakan waktu bagi auditor untuk melakukan tes dokumentasi dari akuisisi aset tetap periode berjalan dan akun pengeluaran untuk akurasi dan klasifikasi. Oleh karena itu, penghematan waktu dapat menjadi signifikan ketika kontrol efektif.
  1. Memahami pengendalian internal

Auditor harus memahami pengendalian internal untuk siklus akuisisi dan pembayaran sebagai bagian dari pelaksanaan prosedur penilaian risikodengan mempelajari bagan arus klien, mereview kuesioner pengendalian internal, serta melaksanakan pengujian walkthrough untuk transaksi akuisisi dan pembayaran.

2. Menilai risiko pengendalian yang direncanakan

Pengendalian kunci untuk setiap fungsi bisnis dari siklus akuisisi dan pembayaran yaitu:

      1. Otorisasi Pembelian. Untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh demi memenuhi tujuan perusahaan dan menghindari akuisisi item yang berlebihan atau tidak Sebagian besar perusahaan mensyaratkan tingkat otorisasi untuk jenis akuisisi atau jumlah nilai uang yang berbeda. Semua pesanan pembelian harus dipranomori untuk memudahkan pencatatatn akuntansinya.
      2. Pemisahan Penyimpanan Aset dari Fungsi Lainnya. Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang harus dikendalikan secara fisik dari saat penerimaannya hingga penggunaan atau pelepasannya. Personil di departemen penerimaan harus independen dari personil ruang penyimpanan dan departemen
      3. Pencatatan yang Tepat Waktu dan Review Independen atas Departemen utang usaha bertanggung jawab untuk memverifikasi kelayakan akuisisi. Selain itu juga memverifikasi perkalian, footing dan distribusi akun. Pengendalian yang penting ialah persyaratan bahwa personil yang mencatat akuisisi tidak boleh memiliki akses ke kas, sekuritas dan aset lainnya serta dokumen dan catatan yang memadai, prosedur yang tepat untuk menyimpan catatan dan pengecekan independen atas kinerja.
      4. Otorisasi Pengendalian yang penting untuk pembayaran meliputi:
        • Penandatanganan cek oleh individu yang memiliki wewenang yang
        • Pemisahan tanggung jawab untuk menandatangani cek dan melaksanakan fungsi utang usaha
        • Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh si penandatagan cek pada saat cek ditandatangani
        • Cek harus dipranomori

3. Menentukan luas pengendalian

Selanjutnya auditor menilai risiko pengendalian. Jika ingin mengandalkan pengendalian untuk mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum, auditor melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif. setelah efektivitas pengendalian ditingkatkan dan didukung oleh pengujian pengendalian tambahan, auditor akan mampu mengurangi pengujian substantif.

4. Merancang TOC dan STOT

Empat dari enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi akuisisi memerlukan perhatian khusus sehingga perlu diperiksa dengan lebih teliti. Antara lain:

  1. Akuisisi yang Dicatat adalah untuk Barang dan Jasa yang Diterima, yang Konsisten dengan Kepentingan Utama Klien (Keterjadian/Occurence). Pengendalian internal yang memadai akan mencegah akuisisi yang sebenarnya tidak terjadi dicatat dengan
  2. Akuisisi yang Ada Telah Dicatat (Kelengkapan/Completeness). Auditor harus mengandalkan pengendalian internal untuk tujuan kelengkapan ini karena mungkin akan sulit untuk melakukan pengujian atas rincian saldo (TDB) guna mengetahui apakah ada transaksi yang belum
  3. Akuisisi Telah Dicatat secara Akurat (Keakuratan/Accuracy). Luas pengujian atas rincial saldo terhadap banyak akun neraca dan beban kembali lagi sangat bergantung pada evaluasi auditor atas keefektifan pengendalian internal terhadap keakuratan transaksi akuisisi yang
  4. Akuisisi Telah Diklasifikasikan dengan Benar (Klasifikasi/Classification). TDB terhadap akun tertentu dapat dikurangi jika auditor yakin bahwa pengendalian internal telah memadai untuk memberikan kepastian yang layak mengenai klasifikasi yang benar dalam jurnal

5. Merancang TOC dan STOT untuk pengeluaran kas

Metodologi dan proses yang dikembangkan untuk prosedur audit pengeluaran kas sama dengan yang digunakan untuk akuisisi. Biasanya auditor melakukan pengujian untuk akuisisi dan pengeluaran kas secara bersamaan. Untuk transaksi tertentu yang akan diperiksa dari jurnal akuisisi, faktur vendor, laporan penerimaan, dan dokumentasi audit lainnya diperiksa pada saat yang bersamaan seperti cek yang dibatalkan terkait.

6. Sampling atribut untuk TOC dan STOT

Penggunaan sampling atribut merupakan hal yang umum dilakukan. Pendekataannya serupa dengan TOC dan STOT penjualan dengan sampling audit statistik. Terdapat tiga perbedaan penting antara siklus akuisisi dan pembayaran dengan siklus lainnya.

  1. Terdapat sejumlah besar akun yang terlibat dalam siklus akuisisi dan pembayaran yang meningkatkan potensi salah saji klasifikasi. Sehingga auditor sering mengurangi tingkat pengecualian yan dapat diterima terutama untuk atribut
  2. Lebih umu bagi transaksi dalam siklus ini membutuhkan beberapa pertimbangan yang signifikan yang meningkatkan potensi salah saji. Sehingga auditor sering mengurangi tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi untuk atribut
  3. Jumlah nilai setiap transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran mencakup rantang yang

Contoh Test of Control dan Substantive Test of Transaction atas akuisisi adalah sbb.

Contoh Test of Control dan Substantive Test of Transaction atas akuisisi adalah sbb.
Contoh Test of Control dan Substantive Test of Transaction atas akuisisi adalah sbb.

  Contoh Test of Control dan Substantive Test of Transaction atas pembayaran kas adalah sbb.

  Contoh Test of Control dan Substantive Test of Transaction atas pembayaran kas adalah sbb.
Contoh Test of Control dan Substantive Test of Transaction atas pembayaran kas adalah sbb.

Metodologi untuk Merancang TBD Utang Usaha

Utang usaha merupakan kewajiban yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis biasa. Metodologi yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk TDB piutang usaha. Jika TOC dan STOT menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi dengan efektif dan prosedur analitis menunjukkan hasil yang memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi TDB utang usaha. Tetapi karena utang usaha cenderung material, auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah TDB.

Account Payable adalah kewajiban yang belum dibayar untuk barang dan jasa yang diterima dalam kegiatan bisnis biasa. A/P termasuk kewajiban untuk perolehan bahan baku, peralatan, utilitas, perbaikan, dan banyak jenis barang dan jasa lainnya yang diterima sebelum akhir tahun. Sebagian besar A/P juga dapat diidentifikasi dengan adanya faktur vendor untuk kewajiban tersebut.

Account Payable harus dibedakan dari kewajiban yang masih harus dibayar dan kewajiban yang mengandung bunga. Liabilitas adalah A/P hanya jika jumlah total kewajiban diketahui dan terutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban termasuk pembayaran bunga, maka harus dicatat sebagai wesel bayar, hutang kontrak, hutang hipotek, atau hutang obligasi.

Berikut metodologi untuk merancang TDB

  1. Mengidentifikasikan risiko bisnis klien yang memengaruhi utang usaha

Sekarang ini siklus akuisisi dan pembayaran telah banyak berubah akibat kemajuan zaman. Pengaturan dan sistem perusahaan menjadi kompleks yang mungkin saja memiliki risiko yang signifikan. Auditor harus memahami perubahan sistem ini untuk mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen terkait telah mempengaruhi kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha.

2. Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren

Auditor umumnya menetapkan materialitas kinerja yang tinggi karena saldo dari utang usaha relatif besar. Dan juga auditor seringkali menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Hal ini karena mereka peduli terutama dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan salah saji saldo akun.

3. Menilai risiko pengendalian dan merancang TOC dan STOT

Setelah menetapkan materialitas kinerja dan risiko inheren, auditor akan menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman pengendalian internal. STOT auditor juga akhirnya akan bergantung pada keefektifan pengendalian internal yang berhubungan dengan utang usaha. Karena itu auditor harus memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai pengendalian internal berhubungan dengan utang usaha. Dan hal ini telah dibahas diatas.

4. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis

Prosedur analitis berguna untuk mengungkakpan bidang dimana penyelidikan atau pemeriksaan tambahan memang diperlukan. Auditor harus membandingkan total beban tahun berjalan dengan tahun sebelumnya untuk mengungkapkan salah saji akun utang usaha serta akun beban. Karena double enrty, salah saji akun beban biasanya juga menimbulkan salah saji yang sama dalam akun utang usaha. Hal ini merupakan prosedur yang efektif untuk menganalisisi utang usaha apabila beban dari tahun ke tahun diharapkan stabil.

5. Merancang dan melaksanakan TDB

Tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dapat diterapkan pada utang usaha: eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, serta hak dan kewajiban. Jika dalam audit atas aset auditor menekankan pada lebih saji saldo, berbeda pada audit utang usaha atau kewajiban dimana auditor lebih menekankan pada kurang saji saldo. Perbedaan ini terkait dengan kewajiban hukum akuntan publik. Jika pengguna laporan keuangan setelah diaudit menentukan bahwa ekuitas dilebihsajikan secara material yang notabene diakibatkan oleh lebih saji aset atau kurang saji utang usaha, tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik mungkin akan terjadi.

    1. Pengujian Kewajiban Setelah Merupakan hal yang penting bagi utang usaha. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha belum tercatat sangat bergantung pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun potensial.
    2. Memeriksa Dokumentasi yang Mendasari Pengeluaran Kas Selanjutnya. Auditor biasanya memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika memang untuk periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut memang telah
    3. Memeriksa Dokumentasi yang Mendasari Tagihan yang Belum Dibayar Beberapa Minggu Setelah Akhir Cara yang digunakan sama seperti sebelumnya dan untuk tujuan yang sama. Perbedaannya adalah karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir audit dan buka untuk kewajiban yang telah dibayar.
    4. Menelusuri Laporan Penerimaan yang Dikeluarkan Sebelum Akhir Tahun ke Faktur Vendor Semua barang yang belum diterima sebelum akhri tahun periode akuntansi harus dicantumkan sebagai utang usaha. Auditor menguji kewajiban yang belum tercatat dengan menelusuri laporan penerimaan yang diterbitkan hingga akhir tahun ke faktur vendor dan memastikan bahwa laporan itu telah dimasukkan dalam utang usaha.
    5. Menelusuri Laporan Vendor yang Menunjukkan Saldo yang Jatuh Tempo ke Neraca Saldo Utang Jika klien menyimpan laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan yang memiliki saldo jatuh tempo pada tanggal neraaca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha.
    6. Mengirim Konfirmasi ke Vendor dengan Siapa Klien Melakukan Audirot kadang-kadang menggunkan konfirmasi untuk menguji cendor yang dihapus dari daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang salah saji.
    7. Pengujian Pisah Batas (Cutoff Test). Untuk menentukan apakah transaksi yang dilakukan beberpa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca dicatat pada periode yang
    8. Hubungan Pisah Batas dengan Observasi Pemeriksaan Fisik Persediaan. Untuk menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangat penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan observasi fisik persediaan. Informasi pisah batas untuk akuisisi harus diperoleh selama observasi fisik persediaan. Auditor mereview prosedur dalam departemen penerimaan untuk menentukan bahsa semua persediaan yang diterima telah dihitung dan auditor mencatat nomor penerimaan terakhir dimana persediaan dilibatkan dalam perhitungan Auditor menelusuri nomor laporan penerimaan tersebut ke catatatn utang usaha untuk memverifikasi bahwa hal itu telah dimasukkan atau dikecualikan dengan benar.
    9. Persediaan dalam Perjalanan. Menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB Destination atau FOB Origin. Jika FOB Destination hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum tanggal neraca yang harus dimasukkan dalam persediaaan dan utang usaha pada akhir tahun. Jika FOB Origin persediaan dan utang usaha harus dicatat pada periode berjalan ketika pengiriman dilakukan sebelum atau pada tanggal neraca.

6. Reliabilitas bukti

    1. Perbedaan Antara Faktur Vendor dan Laporan Vendor

Laporan vendor lebih unggul dalam memverifikasi saldo utang usaha karena mencantumkan saldo akhir. Sedangkan faktur vendor lebih unggul dalam memverifikasi transaksi karena menunjukkan rincian transaksi.

2. Perbedaan Laporan Vendor dan Konfirmasi

Perbedaan laporan vendor dengan konfirmasi terletak dari segi sumber informasinya. Laporan vendor dibuat oleh vendor dan diberikan kepada klien sehingga saat pemeriksaan berada di tangan klien. Hal ini bisa menjadi celah dimana klien mungkin menyembunyikan atau mengubah laporan vendor dari auditor. Sedangkan konfirmasi sebenarnya hal yang sejenis dengan laporan vendor namun langsung dikirimkan ke kantor akuntan publik sehingga lebih dapat diandalkan.

7. Ukuran sampel

Auditor juga harus memperhatikan ukuran sampel ketika mengaudit utang usaha dengan ukuran yang sangat bervariasi. Jika pengendalian internal lemah, hampir semua item populasi harus diverifikasi.

Tujuan keseluruhan dalam mengaudit Account Payable adalah untuk menentukan apakah saldo A/P dinyatakan secara adil dan diungkapkan dengan benar. Tujuh dari delapan tujuan audit terkait saldo berlaku untuk A/P : keberadaan, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, cutoff, detail tiein, serta hak dan kewajiban. Nilai yang dapat direalisasi tidak berlaku untuk liabilitas.

Berikut adalah tujuan audit serta asersi untuk Test of Detail of Balance atas Account Payable.

(Standar Asersi AICPA)

Tujuan Audit Terkait Saldo

Asersi

Utang dalam daftar utang sesuai dengan buku besar terkait, dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sesuai dengan buku besar umum

Detail tie-in

 

Utang di dalam daftar utang ada

Existence

Utang yang ada telah dicantumkan dalam daftar utang

Completeness

 

Utang dalam daftar utang sudah akurat

Accuracy

Utang dalam daftar utang telah diklasifikasikan dengan benar

Classification

Transaksi dalam siklus pembelian dicatat pada periode yang tepat

Cutoff

 

Perusahaan memiliki obligasi untuk membayar kewajiban yang termasuk dalam utang

yang Obligation

Berdasarkan tujuan audit tersebut, dapat ditentukan prosedur audit yang akan digunakan.Prosedur audit umum untuk mengungkapkan Account Payable yang tidak tercatat antara lain sebagai berikut : Out of Period Liability Tests

  • Periksa Dokumentasi yang Mendasari untuk Pencairan Kas

 

Selanjutnya Auditor memeriksa dokumentasi pendukung untuk pencairan kas setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pencairan kas adalah untuk kewajiban periode  erjalan. Jika ini merupakan liabilitas periode berjalan, auditor harus melacaknya ke Trial Balance A/P yang dibayarkan untuk memastikannya dimasukkan. Receiving report menunjukkan tanggal inventaris diterima dan karenanya merupakan dokumen yang sangat berguna. Demikian pula, faktur vendor biasanya menunjukkan tanggal layanan disediakan. Auditor sering memeriksa dokumentasi untuk pembayaran kas yang dilakukan pada periode berikutnya selama beberapa minggu setelah tanggal neraca, terutama ketika klien tidak membayar tagihan tepat waktu.

  • Periksa Dokumentasi yang Mendasari untuk Tagihan yang Tidak Dibayar Beberapa Minggu Setelah Akhir Tahun

Auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti yang sebelumnya dan untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar di dekat akhir audit daripada untuk kewajiban yang telah dibayarkan.

  • Melacak Laporan Penerimaan yang Diterbitkan Sebelum Akhir Tahun ke Faktur Vendor Terkait

Semua barang dagangan yang diterima sebelum akhir tahun periode akuntansi harus dimasukkan sebagai utang dagang. Dengan melacak receiving report yang dikeluarkan hingga akhir tahun ke faktur vendor dan memastikan bahwa mereka termasuk dalam utang dagang, auditor sedang menguji kewajiban yang tidak tercatat.

  • Lacak Pernyataan Vendors yang Menunjukkan Saldo yang Mengacu pada Account Payable Trial Balance

Jika klien menyimpan file pernyataan vendors, auditor dapat melacak setiap pernyataan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca hingga cantuman untuk memastikan itu dimasukkan sebagai Account Payable.

  • Kirim Konfirmasi ke Vendor dengan mana Klien Melakukan Bisnis

Meskipun penggunaan konfirmasi untuk utang dagang lebih jarang daripada untuk piutang dagang, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang dihilangkan dari daftar hutang, transaksi yang dihilangkan, dan saldo akun yang salah saji. Mengirim konfirmasi ke vendor aktif yang belum memasukkan saldo dalam daftar utang dagang adalah cara yang berguna untuk mencari jumlah yang dihilangkan. Jenis konfirmasi ini biasa disebut konfirmasi saldo nol.

Cutoff test

Cutoff Account Payable dilakukan untuk menentukan apakah transaksi dicatatbeberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca dimasukkan dalam periode yang benar. Lima tes audit liabilitas di luar periode yang baru saja kita diskusikan adalah semua uji cutoff untuk akuisisi, tetapi mereka menekankan pada understatement. Untuk tiga prosedur pertama, juga tepat untuk memeriksa dokumentasi pendukung sebagai ujian dari overstatement A/P. Sebagai contoh, prosedur ketiga pengujian untuk understatement (A/P yang tidak tercatat) dengan melacak receiving report yang diterbitkan sebelum akhir tahun ke faktur vendor terkait. Untuk menguji jumlah cutoff yang terlalu tinggi, auditor harus melacak receiving report yang diterbitkan setelah akhir tahun untuk faktur terkait untuk memastikan bahwa mereka tidak dicatat sebagai A/P (kecuali jika itu merupakan inventory in transit).

Hubungan Cutoff dengan Pengamatan Fisik Inventory

Dalam menentukan bahwa cutoff A/P adalah benar, penting bahwa tes cutoff dikoordinasikan dengan pengamatan fisik inventory. Misalnya, asumsikan bahwa akuisisi inventory sebesar $ 400.000 diterima pada sore hari tanggal 31 Desember, setelah inventaris fisik selesai. Jika akuisisi termasuk dalam utang dagang dan pembelian tetapi dikecualikan dari persediaan akhir, hasilnya adalah understatement laba bersih $ 400.000. Sebaliknya, jika akuisisi dikecualikan dari inventory dan utang dagang, ada salah saji dalam neraca, tetapi laporan laba rugi benar. Satu-satunya cara auditor akan mengetahui jenis salah saji yang telah terjadi adalah mengoordinasikan uji cutoff dengan pengamatan inventory.

Inventory in Transit

Dalam utang dagang, auditor harus membedakan antara akuisisi inventory yang berdasarkan FOB destination dan yang dibuat sebagai FOB origin. Untuk FOB destination, hak berpindah kepada pembeli ketika persediaan diterima, jadi hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum tanggal neraca yang harus dimasukkan dalam persediaan dan utang dagang pada akhir tahun. Ketika akuisisi adalah FOB origin, perusahaan harus mencatat inventory dan akun terkait yang harus dibayar pada periode berjalan jika pengiriman terjadi pada atau sebelum tanggal neraca.

Auditor dapat menentukan apakah inventory telah diperoleh dengan FOB destination atau FOB origin dengan memeriksa faktur vendor. Auditor harus memeriksa faktur untuk barang yang diterima segera setelah akhir tahun untuk menentukan apakah mereka menggunakan basis FOB origin. Bagi barang yang tanggal pengirimannya berada dan ketika pada atau sebelum tanggal neraca, persediaan dan akun utang terkait harus dicatat pada periode berjalan jika jumlahnya material.

Substantive Analytical Procedure

Penggunaan prosedur analitis sama pentingnya dalam siklus akuisisi dan pembayaran seperti dalam setiap siklus lainnya, terutama untuk mengungkap salah saji dalam hutang dagang.

Berikut adalah Substantive Analytical Procedure untuk Siklus Pembelian.

 

Substantive Analytical Procedure

 

Bandingkan saldo akun Expense terkait akuisisi dengan tahun-tahun sebelumnya.

Salah saji A/P dan Expense.

Meninjau daftar A/P untuk hutang yang tidak biasa, nonvendor, dan berbunga. liabilities.

Salah saji klasifikasi untuk non-trade

 

Bandingkan akun A/P individu dengan tahun sebelumnya

Akun yang tidak tercatat atau tidak ada,

atau salah saji.

Hitung rasio, seperti Purchase dibagi dengan A/P, dan A/P dibagi dengan kewajiban lancar.

Akun yang tidak tercatat atau tidak ada, atau salah saji.