JOINT PRODUCT & BY-PRODUCT - Materi Terbaru Lengkap - 1

        JOINT PRODUCT & BY-PRODUCT (BIAYA GABUNGAN) – COST
       Pernahkah kalian membeli daging ikan salmon? wah, ternyata ada berbagai macam bentuk kemasan dalam penjualan daging ikan salmon loh, diikuti dengan berbagai variasi harganya juga, misalnya yang sudah di fillet, atau hanya dipotong, dan juga ada yang menjual kulit dan remah-remahan ikan salmonnya, dengan range harga 200k s.d. 400k-an /kg untuk daging/filletnya dan untuk remahan&kulitnya dengan range harga 70k s.d. 120k /kg. Dari ilustrasi tersebut, kita bisa berfikir bagaimana produsen ikan salmon dalam membuat produknya bisa sekaligus menghasilkan berbagai macam jenis produk dengan harga yang berbeda juga, Lantas, Bagaimana si produsen ini menetapkan biaya&harga terhadap berbagai jenis produk yang diproduksi secara bersamaan? Terus bagaimana perlakuan akuntansinya? Yuk, akan kita bahas dalam postingan ini ! SELAMAT BELAJAR 🙂

Proses fillet daging ikan salmon

1. KONSEP DASAR JOINT PRODUCT & BY-PRODUCT

1.1 Pengertian Joint Product dan By Product

1.1.a. Pengertian Joint Product

      Joint product (produk bersama) adalah produk-produk yang dihasilkan dari satu proses yang sama atau beberapa proses yang sama. Nilai joint product yang dihasilkan relatif sama antara satu dengan yang lainnya.
     Proses produksinya berjalan secara simultan, apabila ingin meningkatkan produksi salah satu produk bersama maka produk bersama yang lain secara otomatis juga akan bertambah produksinya. Ketika masih dalam proses yang sama, produk bersama tersebut masih terlihat sebagai satu produk yang sama. Pada titik tertentu produk-produk Bersama tersebut terpecah menjadi dua produk terpisah atau lebih. Titik tersebut dinamakan split-off point (titik pisah). Contoh, pada pengolahan minyak bumi menghasilkan beberapa produk, antara lain, bensin, minyak tanah, solar, aspal, dan parafin.
    

1.1.b. Pengertian By-Product

     By-product (produk sertaan/sampingan) adalah suatu produk yang nilainya relatif kecil yang dihasilkan bersamaan dengan produk lain yang nilainya lebih besar. Produk yang bernilai besar disebut main product (produk utama). Contoh, pada penggilingan padi produk utamanya adalah beras, sedangkan produk sampingannya berupa dedak dan merang. Contoh lain, pada industri kayu produk utamanya berupa balok kayu dan produk sampingannya berupa serbuk kayu yang berasal dari proses penggergajian kayu. By-product yang dihasilkan pada suatu proses produksi ada yang memiliki nilai jual dan ada pula yang tidak memiliki nilai jual.

ilustrasi joint cost untuk joint product & by-product

2. PENGHITUNGAN JOINT COST

         Joint process (proses gabungan) adalah suatu proses produksi yang menghasilkan by-product atau joint product. Joint process dimulai dari awal proses produksi sampai dengan split-off point. Biaya yang timbul pada joint process disebut joint cost (biaya gabungan). Joint cost meliputi seluruh biaya yang terjadi pada joint process yang terdiri dari direct material cost, direct labor cost, dan factory overhead cost. Joint cost harus dialokasikan ke semua produk yang dihasilkan dari proses tersebut.

urutan produksi sudut pandang Joint Cost

3. PENGHITUNGAN BY-PRODUCT COST

       Setelah melewati split-off point, sebagian by-product atau joint product bias langsung dijual tanpa pemrosesan lanjutan dan sebagian lagi ada yang masih harus diproses lebih lanjut untuk dapat dijual. Proses lanjutannya bisa merupakan proses yang terpisah untuk tiap-tiap produk, bisa juga masih berupa joint process. Apabila masih berupa joint process maka biaya tersebut juga dialokasikan ke produk-produk yang dihasilkan. Biaya proses lanjutan setelah split-off point yang setelahnya bukan merupakan joint process lagi disebut separable product cost. Jadi, total biaya by- product cost meliputi alokasi joint cost dan separable product cost.

4. METODE ALOKASI JOINT COST KE JOINT PRODUCT

        Joint cost dialokasikan ke by-product dengan metode market value, metode average unit cost, metode weighted average, atau metode quantitative unit. Pada metode market value terdapat dua kondisi, yang pertama joint product dapat dijual pada split-off point sedangkan kondisi kedua joint product tidak dapat dijual langsung pada split-off point karena masih memerlukan proses lanjutan. Pengertian dan ilustrasi metode-metode tersebut diuraikan pada uraian di bawah ini.

Alokasi joint cost ke joint produk

4.A. Market value method

      Market value suatu produk mencerminkan cost suatu produk. Produk yang dibuat dengan biaya rendah akan dijual dengan harga relatif murah, sedangkan roduk yang dibuat dengan biaya tinggi akan dijual dengan harga relatif mahal. Penerapannya dibedakan menjadi joint cost salable at split-off point dan joint cost not salable at split-off point.

4.A.1 Joint Product Salable at Split-Off

Joint cost: $120.000

Produk

Unit diproduksi

Market value per unit at split-off

Total Market Value

Alokasi Joint Cost

A

20.000

0,25

5.000

*3.750

B

15.000

3,00

45.000

33.750

C

10.000

3,50

35.000

26.250

D

15.000

5,00

75.000

56.250

Total

   

160.000

120.000

*(5.000 / 160.000)x $120.000 (joint cost)

 

Total

A

B

C

D

Sales (unit)

52.000

18.000

12.000

8.000

14.000

Ending inventories

8.000

2.000

3.000

2.000

1.000

           

Sales ($)

138.500

4.500

36.000

28.000

70.000

Production cost

120.000

3.750

33.750

26.250

56.250

Less ending inventory

16.125

375*

6.750

5.250

3.750

Cost of goods sold

103.875

3.375

27.000

21.000

52.500

Gross profit

34.625

1.125

9.000

7.000

17.500

Gross profit percentage

25%

25%

25%

25%

25%

 Menghitung gross profit : *3.750/20.000 x 2.000

4.A.2 Joint Product Not Salable at Split-Off

  •  

Produk

Ultimate Market Value per unit

Units diproduksi

Ultimate Market Value

Processing Cost after Split-Off

Hypothetical Market Value

Alokasi Joint Cost

A

0,50

20.000

10.000

2.000

8.000

*4.800

B

5,00

15.000

75.000

10.000

65.000

39.000

C

4,50

10.000

45.000

10.000

35.000

21.000

D

8,00

15.000

120.000

28.000

92.000

55.200

Total

   

250.000

50.000

200.000

120.000

* (8.000 / 200.000) x $120.000 (joint cost)

Menghitung gross profit :
 

Total

A

B

C

D

Sales (unit)

52.000

18.000

12.000

8.000

14.000

Ending inventories

8.000

2.000

3.000

2.000

1.000

           

Sales ($)

217.000

9.000

60.000

36.000

112.000

COGS:

         

  Joint production cost

120.000

4.800

39.000

21.000

55.200

  Further processing cost

50.000

2.000

10.000

10.000

28.000

  Total

170.000

6.800

49.000

31.000

83.200

  Less ending inventory

22.227

680*

9.800

6.200

5.547

    COGS

147.773

6.120

39.200

24.800

77.653

Gross profit

69.227

2.880

20.800

11.200

34.347

Gross profit percentage

32%

32%

35%

31%

31%

*6.800/20.000 x 2.000

Menyamakan gross profit :

 

Total

A

B

C

D

Sales (unit)

52.000

18.000

12.000

8.000

14.000

Ending inventories

8.000

2.000

3.000

2.000

1.000

           

Ultimate market value ($)

250.000

10.000

75.000

45.000

120.000

Less 32% gross profit

80.000

3.200

24.000

14.400

38.400

Total cost

170.000

6.800

51.000

30.600

81.600

Further processing cost

50.000

2.000

10.000

10.000

28.000

Joint cost

120.000

4.800

41.000

20.600

53.000

4.B. Average unit cost method

      Metode ini berdasarkan jumlah unit joint product yang dihasilkan. Metode ini tidak memperhatikan nilai tiap-tiap joint product yang dihasilkan dan baik digunakan apabila seluruh joint cost yang dihasilkan nilainya relatif sama.

Produk

Unit diproduksi

Alokasi Joint Cost

A

20.000

*40.000

B

15.000

30.000

C

10.000

20.000

D

15.000

30.000

Total

60.000

120.000

* (20.000 / 60.000) x $120.000 (joint cost)

4.C. Weighted average method

       Metode ini berdasarkan pembobotan terhadap joint cost yang dihasilkan yang mencerminkan penyerapan joint cost oleh tiap-tiap joint product.

Produk

Unit diproduksi

Point

Weighted units

Alokasi

A

20.000

3

60.000

*12.000

B

15.000

12

180.000

36.000

C

10.000

13,5

135.000

27.000

D

15.000

15

225.000

45.000

Total

   

600.000

120.000

* (60.000 / 600.000) x $120.000 (joint cost)
Poin bisa berdasarkan ukuran, waktu produksi, banyaknya material, dll.

4.D. Quantitative unit method

Alokasi joint cost berdasarkan unit pengukuran (gallon, kg, liter, dll)

Produk

Berat (lbs)

Alokasi air

Revisi Berat

Alokasi Joint Cost

Coke

1.320,0

*69,5

1389,5

**27,8

Coal tar

120,0

6,3

126,3

2,5

Benzol

21,9

1,1

23,0

0,5

Sulfate

26,0

1,4

27,4

0,5

Gas

412,1

21,7

433,8

8,7

Waste (air)

100,0

     

Total

2.000,0

100,0

2.000,0

40,0

*    [ 1.320 / (2.000-100) ] x 100
**  (1.389,5 / 2.000) x $40 (joint cost)

5. METODE COSTING BY-PRODUCT

       Nilai by-product pada umumnya relatif kecil dibandingkan main product sehingga sebagian ahli berpendapat by-product tidak perlu mendapatkan alokasi joint cost dan sebagian yang lain berpendapat bahwa by-product perlu mendapatkan alokasi joint cost. Apabila by-product tidak mendapat alokasi joint cost maka by-product diakui sebesar gross revenue atau sebesar net revenue. Sedangkan apabila by-product mendapat alokasi joint cost maka dapat menggunakan metode replacement cost atau Metode market value (reversal cost).

alokasi joint cost ke by-product

      Terkait dengan treatment of by product terdapat dua pandangan atau paradigma yang saling bertolak belakang. Pandangan atau paradigma pertama mengatakan bahwasanya joint cost tidak boleh dialokasikan ke by product atau by product tidak semestinya mendapatkan alokasi joint cost. Alasannya karena jika by product dibandingkan dengan joint product nilainya lebih kecil sehingga tidak diberikan alokasi joint cost.

      Pandangan atau paradigma kedua mengatakan bahwa joint cost harus dialokasikan ke by product atau by product semestinya mendapatkan alokasi joint cost. Alasannya karena prosesnya inevitable atau tidak bisa dipisahkan yang secara nyatanya menghasilkan tiga macam jenis produk yang salah satunya ada by product.

      Kedua pandangan tidak salah atau benar, tetapi treatmentnya tidak boleh dicampur sehingga jika memakai pandangan pertama harus mengikuti jalur pandangan pertama begitupun pada pandangan kedua.

5.A Pandangan Pertama

Pada pandangan pertama ada dua metode, yaitu :

5.A.1 Gross method

     Gross berarti bruto atau hasil penjualan dari by product tanpa dikurangi apapun.  Metode ini ada empat pilihan alternatif cara. Format bentuk baku sederhana, yaitu : 

alokasi biaya gabungan ke produk sampingan
5.A.1.1 Other Income

      Penjualan By Product di treatment sebagai Other Income sehingga Letaknya berada di bawah Operating Income.

penjualan produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain
5.A.1.2 Additional Sales Revenue

     Penjualan By Product ditreatment sebagai Penambah Sales revenue, sehingga letaknya dibawahnya sales revenue, yang akan menambahkan nilai Net Sales di Net Income.

by product sebagai add sales rev
5.A.1.3 Deduction COGS of Main Product

     Penjualan By Product ditreatment sebagai Pengurang COGS. Sehingga letaknya dibawahnya COGS dan mengurangi COGS karena COGS bersifat expense, dan penjualannya bersifat revenue. Dan akan menghasilkan Adjusted COGS.

by-product mengurang cogs main product
5.A.1.4 Deduction Of Cost Of Main Product

       Penjualan By Product ditreatment sebagai Pengurang Total Biaya Produk atau manufacturing cost produk tersebut. Sehingga letaknya berada di dalam COGS yaitu mengurang COGM (Cost of Goods Manufactured) atau total Production cost. Dan menghasilkan Net Production Cost.

by-product mengurangi cost of main product

     Revenue termasuk temporary account dan masuk di income statement. Dan ada juga real account yang masuk di neraca. Penjualan By Product yang termasuk dalam revenue merupakan Temporary Account.

     Dalam melaporkan penjualan By Product hanya bisa dilaporkan dengan 4 metode diatas, dan tidak bisa lagi ada metode lain untuk melaporkannya di income statement, Seperti Sales Revenue by Product ini tidak bisa dilaporkan di bawah expense, karena expense bersifat not directly to produt, sedangkan revenue bersifat directly to product. Juga tidak bisa dilaporkan dibawah gross profit, karena gross profit tidak pernah ada penambahan apapun dibawahnya. 

5.A.2 Net method

    Net berarti netto. Hasil penjualan by product ini tidak langsung di treatment salah satu dari empat pilihan alternatif. Tetapi, harus dimurnikan atau harus dikurangi dengan selling expense, marketing expense, administrative expense, dan separable processing cost. Barulah menjadi netto, setelah menjadi netto bisa menggunakan salah satu alternatif dari empat pilihan alternatif diatas. Sehingga, yang membedakan dengan gross ialah pada Net method ini nilainya lebih rendah karena telah dikurangi dengan selling expense, marketing expense, administrative expense, dan separable processing cost atau gross revenue dikurangi cost split-off.

5.B Pandangan Kedua

     Pandangan atau paradigma kedua mengatakan bahwa joint cost harus dialokasikan ke by product atau by product semestinya mendapatkan alokasi joint cost. Alasannya karena prosesnya inevitable atau tidak bisa dipisahkan yang secara nyatanya menghasilkan tiga macam jenis produk yang salah satunya ada by product.

5.B.1 Replacement cost method

      By product mendapat alokasi joint cost sebesar harga beli-nya. Metode ini biasanya dipakai oleh perusahaan yang by-productnya dimanfaatkan oleh internal perusahaan sendiri. Terdapat divisi yang menghasilkan by-product yang dibutuhkan oleh divisi lain. Pemanfaatan by-product yang dihasilan mencegah perusahaan membeli produk sejenis dari perusahaan lain. Hal inilah yang melandasi penggunaan biaya penggantu atau harga beli untuk mengalokasikan joint cost ke by-product pada metode ini. Pada saat by product ditransfer dari divisi yang menghasilkan, biaya produksi main product dikurangi sebesar replacement cost by product. Sebaliknya, biaya produksi divisi yang menerima by-product ditambah sebesar replacement cost by product tersebut.

5.B.2 Market Value (Reversal Method)

      Metode ini mirip dengan metode 5.A.1.4 Deduction Of Cost Of Main Product, nilai by product dikurangkan dari biaya produksi main product. Perbedaannya pada metode 1d, by product dinilai sebesar gross revenue, sedangkan pada metode ini dinilai sebesar nilai estimasi nilai by product pada split-off point yaitu : Harga jual – (operating profit + marketing dan administrative Expenses + estimasi production cost after split-off).

Nilai by-product = estimasi pada titik split-off + actual production cost after split-off

     Nilai estimasi by product tersebut didebet ke akun by product dan dikreditkan dari biaya main product. Setelah by product selesai diproses maka separable cost actual ditambahkan pada akun by product. Alokasi  marketing dan administrative expenses juga bisa didebet ke akun by  product. Hasil penjualan dikreditkan pada akun by product.

       Metode market value ini berlandaskan pada pemikiran bahwa market value mencerminkan cost suatu produk. Dengan begitu, sebenarnya bisa juga mengalokasikan joint cost ke by product berdasarkan market value main product dan by product seperti alokasi joint cost ke joint product.