M2 ADBI4432 Bisnis Internasional

M2 ADBI4432 Bisnis Internasional
Photo by Israel Mac / Unsplash

Teori Ekonomi Bisnis Internasional

PENDAHULUAN

Terjadinya perdagangan internasional, yaitu antarbangsa melakukan praktik perdagangan, pada dasarnya telah terjadi berabad yang lalu. Teori perdagangan internasional pada dasarnya berupaya memprediksi komposisi dan volume barang-barang yang diperdagangkan oleh bangsa- bangsa. Hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah latar belakang terjadinya aktivitas perdagangan tersebut yang umumnya diwarnai atau bermotif politis. Sebagai contoh, pada peristiwa perdagangan internasional oleh bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda yang berlayar ke Indonesia, perdagangan merupakan salah satu politik untuk menguasai daerah jajahan baru. VOC milik Belanda membuktikan bahwa terdapat koneksitas yang kuat antara politik dan praktik perdagangan internasional, khususnya yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada Modul 2 ini, mahasiswa akan mempelajari apa saja teori-teori yang melatarbelakangi munculnya bisnis internasional, pentingnya mengetahui teori bisnis internasional, serta mempelajari beberapa teori kontemporer bisnis internasional. Materi yang akan dibahas dalam modul ini disajikan dalam dua kegiatan belajar berikut. Kegiatan Belajar 1: Pengantar Teori Ekonomi Bisnis Internasional 2. Kegiatan Belajar 2: Teori Kontemporer Bisnis Internasional Setelah mempelajari Modul 2 ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan teori yang menjadi latar belakang munculnya bisnis internasional, alasan pentingnya mempelajari bisnis internasional, dan teori- teori bisnis internasional. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan 1. konsep dasar mengenai teori ekonomi bisnis internasional, 2. konsep dasar mengenai teori kontemporer bisnis internasional. Selamat belajar. Semoga sukses.

Kegiatan Belajar 1 Pengantar Teori Ekonomi Bisnis Internasional

A. Manfaat Mempelajari Teori Bisnis Internasional

Para pelaku bisnis internasional sudah saatnya berupaya untuk dapat memahami teori bisnis internasional. Beberapa manfaat dapat diperoleh dengan mempelajari teori-teori tersebut bagi para pelaku bisnis internasional. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Rusdin, 2002).

  1. Jika para praktisi bisnis harus sering berhubungan dengan pejabatpejabat pemerintah yang berlatar belakang pendidikan ilmu ekonomi, para pelaku bisnis harus siap memahami konsep ekonomi secara menyeluruh sehingga dapat berkomunikasi secara baik dengan para ekonom tersebut.
  2. Jika para pelaku bisnis mengajukan berbagai usulan proyek yang memerlukan persetujuan pemerintah, mereka harus mampu beragumentasi dan meyakinkan bahwa usulan tersebut layak, bermanfaat secara ekonomi, dan dinilai baik. Dengan kata lain, pelaku bisnis juga harus dapat melakukan feasibility study berdasarkan pendekatan ekonomi agar usulan tersebut dapat dipahami sehingga berpeluang untuk dapat disetujui. Para pemasar yang mengusulkan proyek-proyek besar pada perencana pemerintah harus waspada bahwa penentu kunci sekarang adalah efisiensi ekonomi daripada aspek finansial semata.
  3. Para pelaku bisnis harus dapat menjelaskan kepada masyarakat manfaat dan rasionalisasi bisnisnya secara ekonomi sehingga mereka dapat menjadi mitra dalam menyosialisasikan tren praktik teori ekonomi bisnis internasional, baik kepada masyarakat umum maupun kepada masyarakat akademis.
  4. Dapat memahami gejala-gejala ekonomi yang terjadi sehingga dapat melakukan antisipasi yang relevan.

Beberapa manfaat di atas menjadi alasan mengapa para pelaku bisnis internasional perlu mempelajari secara menyeluruh, khususnya teori-teori yang melatarbelakangi munculnya bisnis internasional, pembangunan ekonomi, dan investasi langsung luar negeri (Rusdin, 2002).

B.Teori-Teori Ekonomi Bisnis Internasional

Dari berbagai literatur, dijelaskan bahwa ada beberapa teori bisnis internasional yang patut kita ketahui sebagai berikut.

1.Merkantilisme

Merkantilisme adalah falsafah ekonomi yang menganut konsep bahwa penting bagi sebuah negara untuk mengakumulasi persediaan logam-logam berharga demi mencapai kesejahteraan. Penganut falsafah merkantilisme menjelaskan bahwa logam-logam berharga dianggap sebagai satu-satunya sumber kesejahteraan. Dalam hal ini, pemerintah membuat kebijakan ekonomi yang mempromosikan ekspor dan mengurangi impor serta mengakibatkan surplus perdagangan yang harus dengan dibayar emas dan perak. Larangan-larangan impor dilakukan dengan meningkatkan bea masuk agar impor menurun. Sementara itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan subsidi kepada pengekspor agar mereka termotivasi untuk meningkatkan ekspor. Tindakan-tindakan ini semata-mata dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan surplus perdagangan. Era kaum merkantilis berakhir pada tahun 1700-an, tetapi argumenargumennya masih tetap hidup. Sebuah neraca perdagangan dinilai baik jika negara mengekspor lebih banyak barang dan jasa daripada yang diimpornya. Dalam akunting neraca pembayaran, ekspor yang membawa dolar ke dalam suatu negara disebut positif, tetapi impor yang menyebabkan dolar mengalir ke luar negara disebut negatif. Sebagai contoh, merkantilisme modern dewasa ini masih banyak dianut beberapa negara. Mereka umumnya berupaya meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Kebijakan Indonesia untuk memberikan subsidi ekspor kepada para pengekspor merupakan salah satu contoh realisasi dari paham merkantilisme. Adanya penetapan tarif bea masuk barang impor yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia juga merupakan realisasi dari paham merkantilisme. Selain itu, neraca perdagangan dikatakan positif (baik) jika nilai ekspor lebih tinggi dari nilai impor. Konsep tersebut telah menjadi dasar dalam praktik perdagangan internasional hampir di seluruh belahan dunia sehingga disadari atau tidak merkantilisme masih menjadi paham perdagangan dunia. Jepang merupakan salah satu negara yang mempraktikkan paham merkantilisme dengan proteksi pasarnya yang begitu ketat. Hambatanhambatan perdagangan yang diciptakan Jepang menjadikan Jepang suatu pasar yang sulit ditembus. Para pelaku bisnis dunia memperhatikan hambatan-hambatan Jepang terhadap impor mereka, yaitu akibat dari etnosentrisme, semangat swasembada, dan mentalitas pertahanan budaya yang kuat (Rusdin, 2002). Merkantilisme lahir pada abad ke-16 yang merupakan sebuah filosofi ekonomi yang mempertahankan pendapat bahwa kekayaan negara diukur dengan jumlah emas dan perak yang dimilikinya. Berdasarkan teori merkantilisme, tujuan dari suatu negara harus lebih memperbesar ekspor daripada mengandalkan simpanan emas dan peraknya. Untuk melakukan itu, suatu negara harus bekerja keras dalam memaksimumkan perbedaan antara ekspor dan impor dengan cara meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Logika ini secara transparan digunakan oleh para pemegang kebijakan yang ada pada abad ke-16, yaitu pemegang kebijakan mendefinisikannya dengan analogi bahwa apabila ada orang asing ingin membeli lebih banyak barang dari Anda dibandingkan dengan yang Anda beli dari mereka, orang asing tersebut harus membayar dengan selisih perbedaannya dengan emas dan perak. Ini berarti akan membuat Anda dapat mengumpulkan kekayaan lebih. Terminologi merkantilisme masih digunakan sampai sekarang. Sebagai contoh, komentator televisi dan surat kabar melaporkan suatu negara mengalami ketidakseimbangan perdagangan (balance of trade), yaitu jumlah ekspor lebih sedikit dibandingkan impor. Pada saat merkantilisme mulai terlihat digunakan sebagai dasar dalam kebijakan ekonomi, misalnya kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan aturan dari suatu kerajaan, jumlah simpanan emas dan perak yang dimiliki kerajaan tersebut merupakan lambang kekuatan. Dengan simpanan tersebut, mereka mampu membiayai peningkatkan kualitas tentaranya sehingga mampu menjajah negara lain serta melakukan ekspansi untuk memperluas kekuasaannya. Secara politik, merkantilisme terkenal dengan banyaknya berbagai produksi pabrik manufaktur dan pekerjanya. Manufaktur yang berorientasi ekspor (export-oriented manufacturers) dan yang memihak pada pemangku kebijakan berpaham merkantilis produk ini mengeluarkan kebijakan, seperti memberikan subsidi atau potongan harga dan pengurangan pajak. Kebijakan tersebut dapat menstimulasi penjualan ke pihak asing. Perusahaan domestik menjadi terancam oleh impor dari perusahaan asing yang mendukung pemegang kebijakan perdagangan berpaham merkantilisme untuk mengeluarkan kebijakan, seperti mengenakan tarif atau kuota yang melindungi produk dari kompetisi dengan perusahaan asing. Seluruh elemen yang ada di dalam suatu negara yang berpaham merkantilis, seperti para pebisnis, pekerja, penyuplai, dan politikus lokal, mendukung setiap kebijakan yang dikeluarkan negara dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa segala fasilitas produksi dimiliki berkat kebijakan dari aturan merkantilis kerajaan. Walaupun demikian, terdapat sebagian besar dari anggota perkumpulan masyarakat yang kecewa terhadap beberapa kebijakan merkantilis. Subsidi pemerintah tentang ekspor pada beberapa perusahaan tertentu ternyata dibiayai oleh para pembayar pajak dalam negeri. Akibatnya, warga harus membayar pajak yang lebih tinggi. Pembatasan impor dari pemerintah diberlakukan dengan konsekuensi konsumen harus membayar harga lebih mahal terhadap produk domestik karena perusahaan domestik tidak mampu menghadapi persaingan harga dari luar negeri. Semasa era pemerintahan imperialisme, negara penjajah memberikan beban melalui kebijakan merkantilis kepada daerah jajahan atau koloni mereka. Sebagai contoh, di bawah perjanjian navigasi (navigation act), pada praktik navigasi tahun 1960, seluruh barang dari Eropa yang diimpor dari koloni negara jajahan AS harus dikirim melalui Great Britain. Inggris melarang perusahaan dari koloni mereka untuk mengekspor barang-barang tertentu yang dapat menyaingi produk-produk dari perusahaan Inggris, seperti topi, barang-barang dari bahan besi, dan pakaian dari wool. Untuk memastikan bahwa Inggris akan mendapatkan cukup pasokan barang dengan harga input yang rendah dari harga para pedagang Inggris, negara Inggris mengharuskan beberapa industri kolonial untuk menjual hasil produk mereka kepada perusahaan-perusahaan dari Inggris. Produk-produk tersebut di antaranya berupa beras, tembakau, dan yang berhubungan dengan hasil hutan, misalnya kayu untuk pembuatan kapal. Strategi merkantilis seperti ini pada akhirnya menimbulkan permasalahan, yaitu salah satu dari strategi merkantilis justru berdampak buruk terhadap Inggris sendiri sehingga menyebabkan kekalahan terhadap AS. Penganut paham primordialisme attitudes tidak terbatas pada AS saja. Negara Amerika Utara dan Eropa sejak lama sudah menyampaikan keluhan ketika Jepang membatasi akses barang-barang asing untuk dapat masuk ke pasarnya. Sebagai contoh, dibutuhkan waktu 40 tahun untuk bernegosiasi sebelum Jepang menyetujui pada tahun 1990-an untuk mengizinkan barang impor, seperti beras asing, yang hanya diizinkan kurang dari 10 persen dari pasar Jepang. Perusahaan Asia dan Amerika Utara turut pula mengkritik Eropa yang menghalangi impor barang, seperti daging sapi, mobil, dan perekam video kaset. Beberapa praktik paham merkantilisme seperti itu terkadang masih sering dibenarkan, bahkan hampir tiap negara telah mengadopsi beberapa kebijakan neomercantilist, yaitu kebijakan untuk melindungi industri kunci dalam ekonominya (Firman, 2006).

2. Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith mengemukakan bahwa masing-masing negara akan mengkhususkan diri dalam memproduksi barang-barang yang dapat diproduksinya dengan lebih efisien serta memiliki suatu keunggulan absolut, baik alamiah maupun yang dibuat/diproduksi. Sebagian barang-barang tersebut akan diekspor untuk membayar impor barang-barang yang dapat diproduksi lebih efisien di tempat lain. Sebagai contoh, ada persaingan sempurna dan tidak ada biaya-biaya transportasi di dunia dengan dua negara dan dua produk. (1) Satu unit masukan (kombinasi tanah, tenaga kerja, dan modal) (2) masing-masing negara memiliki dua unit input yang dapat digunakannya untuk memproduksi beras ataupun mobil dan (3) masing-masing negara menggunakan satu unit masukan untuk memproduksi tiap-tiap produk. Apabila tidak ada negara yang mengimpor atau mengekspor, jumlah yang ditunjukkan juga merupakan apa yang tersedia bagi konsumsi lokal keluaran total dari kedua negara, yaitu empat ton beras dan enam mobil. Di AS, tiga ton beras atau dua mobil dapat diproduksi dengan satu unit keluaran. Karena itu, tiga ton beras harus mempunyai harga yang sama dengan dua mobil. Akan tetapi, di Jepang, satu ton beras dapat diproduksi dengan unit masukan yang dapat memproduksi empat mobil sehingga satu ton beras memiliki biaya sebanyak empat mobil. Berdasarkan contoh tersebut, AS mempunyai keunggulan absolut dalam produksi beras (tiga banding satu), sedangkan keunggulan absolut Jepang berada dalam pembuatan mobil (empat banding dua). Apakah setiap orang di mana pun akan memberikan kepada pembuat mobil Jepang satu ton beras untuk empat mobil? Menurut contoh ini, semua produsen beras AS seharusnya demikian karena mereka dapat memperoleh dua mobil untuk tiga ton beras di negaranya. Demikian pula para pembuat mobil Jepang. Ketika mereka mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh lebih dari dua ton beras untuk setiap empat mobil di AS, mereka berkeinginan untuk memperdagangkan mobil Jepang dengan beras AS. Dampak dari teori absolut sebagai berikut. a. Adanya spesialisasi tiap negara. Tiap-tiap negara akan memutuskan menggunakan sumber-sumbernya hanya untuk memproduksi barang yang paling efisien. Jika suatu keputusan produksi tidak dapat menyebabkan efisiensi atau bahkan menyebabkan inefisiensi, negara tersebut lebih baik melakukan impor yang diprediksi dapat lebih efisien. b. Adanya syarat-syarat perdagangan. Dengan adanya spesialisasi, hubungan perdagangan antara kedua negara dapat terjadi jika kedua negara itu memperdagangkan sebagian surplus yang menjadi keunggulan mereka. Akan tetapi, dalam kaitan tersebut, terdapat syarat-syarat yang perlu dipenuhi kedua negara tersebut untuk berdagang. Sebagai contoh, pembuat mobil Jepang akan memperdagangkan sebagian mobil mereka dengan beras apabila mereka dapat memperoleh satu ton beras untuk empat mobil di Jepang. Demikian pula petani beras AS akan memperdagangkan beras mereka dengan mobil-mobil Jepang apabila mereka memperoleh sebuah mobil dengan harga kurang dari 1,5 ton beras di AS. Apabila kedua negara menggunakan kedua pembatasan perdagangan sehingga masing-masing sama-sama memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut, mereka akan menyetujui jual beli 1,25 ton beras untuk sebuah mobil. Keduanya akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi yang ditekuni mereka (Rusdin, 2002). Neomercantilism mempunyai tampilan yang hebat. Pandangan neomerkantilisme mendapatkan banyak dukungan, khususnya dukungan dari masyarakat yang ingin memperkuat perekonomian negara mereka. Akan tetapi, haruskah suatu negara tidak memaksimalkan penanganan tabungan berupa emas dan perak? Menurut Adam Smith, ekonom asal Skotlandia yang terkenal sebagai bapak ekonomi dan sebagai pengamat perdagangan bebas, dasar problem atas pandangan merkantilisme itu membingungkan. Neomercantilism mempunyai pendekatan yang dangkal, terutama bagi pendukung yang ingin memperkuat ekonomi negeri mereka. Mengapa suatu negeri tidak seharusnya berusaha untuk memaksimalkan saham perak dan emasnya? Menurut Adam Smith, masalah dasar pada sistem ekonomi merkantilisme itu dapat membingungkan antara pengadaan harta benda dan pengadaan atas kekayaan itu sendiri. Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776), Smith menyerang basis sistem ekonomi merkantilisme yang intelektual dan menunjukkan bahwa sistem ekonomi merkantilisme itu benar-benar memperlemah suatu negeri. Menurut Smith, sistem ekonomi merkantilisme dapat merampas kemampuan individu yang menyangkut perdagangan bebas serta merenggut manfaat dari adanya pertukaran sukarela/fakultatif perdagangan bebas. Lebih dari itu, hal tersebut dapat menghindarkan impor yang masuk walau dengan harga berapa pun. Bagaimanapun suatu negeri pada akhirnya harus menghabiskan sumber dayanya untuk memproduksi barang-barang yang tidak sesuai dengan hasil produksinya. Pemborosan yang disebabkan oleh sistem ekonomi merkantilisme akan mengurangi kekayaan dari suatu negara secara keseluruhan walaupun terdapat manfaat bagi kelompok tertentu. Smith sebagai pendukung perdagangan bebas antarnegara menjelaskan bahwa perdagangan bebas merupakan alat memperbesar suatu kekayaan negara. Perdagangan bebas memungkinkan suatu negara untuk memperluas jumlah jasa dan barang-barang agar tersedia suplainya dengan cara menspesialisasikan produksi barang dan jasa tertentu untuk dijual, baik di dalam negerinya maupun ke beberapa negara yang lain. Akan tetapi, jasa dan barang-barang yang bagaimanakah yang perlu diekspor dan yang manakah yang perlu diimpor? Untuk menjawab pertanyaan ini, Smith mengembangkan teori keuntungan absolut yang menyatakan bahwa suatu negara perlu mengekspor jasa dan barang-barang itu apabila lebih produktif diproduksi di dalam negeri serta perlu mengimpor jasa dan barang-barang apabila lebih produktif diproduksi di negara lain dibandingkan di dalam negeri sendiri. Keuntungan absolut dapat ditunjukkan melalui demonstrasi contoh numerikal kuantitatif. Kita asumsikan bahwa hanya ada dua negara di dunia, yaitu Jepang dan Prancis. Hanya ada dua produk, yaitu minuman anggur dan jam radio dengan hanya ada satu di antara faktor-faktor produksi, yaitu tenaga kerja.

Ilustrasi teori keunggulan absolut.png

Tabel 2.1 menunjukkan keluaran kapasitas produksi (output) dari dua produk per jam tenaga kerja untuk kedua negara. Di Prancis, satu jam tenaga kerja untuk dapat menghasilkan dua botol anggur sekaligus tiga buah jam radio. Di Jepang, satu jam tenaga kerja dapat menghasilkan satu botol anggur sekaligus lima buah jam radio. Prancis mempunyai suatu keuntungan absolut dalam produksi anggur, yaitu satu jam tenaga kerja menghasilkan dua botol anggur, sedangkan tenaga kerja Jepang hanya dapat memproduksi satu botol anggur. Sementara itu, Jepang mempunyai suatu keuntungan absolut dalam produksi jam radio, yaitu satu jam tenaga kerja menghasilkan lima buah jam radio, sedangkan tenaga kerja Prancis hanya menghasilkan tiga buah jam radio dalam waktu yang sama. Jika Prancis dan Jepang melakukan perdagangan satu sama lain, keadaan keduanya akan menjadi lebih baik apabila memperhitungkan keuntungan absolut masing-masing negara. Umpamakanlah Prancis setuju menukar dua botol anggur untuk empat buah jam radio. Maksudnya, hanya satu jam per tenaga kerja di Prancis untuk menghasilkan dua botol anggur boundfor bagi Jepang. Sementara itu, untuk memproduksi empat buah jam radio, tenaga kerja Prancis akan memerlukan 1.33 jam per tenaga kerja. Dengan perhitungan tersebut, akan lebih baik jika mengimpor jam radio dari Jepang dan mengekspor minuman anggur ke Jepang, demikian juga sebaliknya. Dengan membelinya dari Jepang dan bukannya memproduksi jam radio sendiri, Prancis dapat menabung 0.33 jam tenaga kerja. Prancis dapat menggunakan tenaga kerja yang dibebaskan untuk menghasilkan lebih banyak anggur yang pada gilirannya dapat dikonsumsi lebih banyak oleh warga negara Prancis atau menjualnya ke Jepang untuk mendapatkan lebih banyak jam radio dari Jepang. Jepang dengan melakukan cara yang sama keadaannya akan lebih baik. Jepang menggunakan 0.8 jam tenaga kerja untuk menghasilkan empat jam radio untuk ditukar dengan dua botol anggur Prancis. Jika memproduksi dua botol anggur sendiri, diperlukan dua jam tenaga kerja. Dengan memproduksi radio jam sendiri, kemudian mereka menukarnya dengan Prancis, Jepang dapat menyelamatkan 1,2 jam tenaga kerja yang dapat digunakan untuk menghasilkan lebih banyak jam radio sehingga Jepang dapat mengonsumsi lebih banyak anggur (Firman, 2006).

3. Teori Keunggulan Komparatif

Ricardo (1917) memperlihatkan bahwa meskipun sebuah bangsa memegang keunggulan absolut dalam produksi dua barang, kedua negara masih dapat memperdagangkan keunggulan masing-masing sepanjang bangsa yang produknya menyebabkan inefisiensi mampu mempertahankan efisiensinya pada produksi kedua barang itu. Sebagai contoh, AS memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi beras dan mobil. Perhatikan bahwa dibandingkan AS, Jepang kurang efisien dalam pembuatan mobil daripada memproduksi beras. Karena itu, ia memiliki keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dalam memproduksi mobil (Rusdin, 2002). Teori mengenai keuntungan mutlak absolut dapat dipahami dengan membuat pengertian secara intuitif. Sayang sekali, teori ini memiliki banyak kekurangan. Apa yang terjadi pada perdagangan apabila suatu negera mempunyai suatu keuntungan mutlak absolut pada kedua produk? Teori keuntungan mutlak absolut secara salah tidak menyatakan bahwa ada kemungkinan perdagangan tidak akan terjadi. David Ricardo, ahli ekonomi asal Britania, Inggris, pada awal abad ke-19, memecahkan masalah ini dengan mengembangkan teori keuntungan komparatif negara. Suatu negara perlu memproduksi dan mengekspor barang-barang dan jasanya yang secara relatif lebih produktif dibanding dengan negara lain serta mengimpor barang- barang dan jasa dari negara lain yang secara relatif lebih produktif. Di antara kedua teori ini sulit dicari perbedaannya. Keuntungan absolut melihat perbedaan secara absolut produktivitasnya. Keuntungan komparatif melihatnya dari perbedaan secara relatif produktivitasnya. Yang menjadi pembeda adalah keuntungan komparatif menyertakan konsep biaya kesempatan (opportunity cost) dalam menentukan kebaikan barang-barang apa saja yang dapat diproduksi pada suatu negara. Biaya kesempatan atau opportunity cost dari suatu kebaikan produk adalah nilai yang didapat dari apa yang diberikan untuk mendapatkan kebaikan barang-barang tersebut. Kebanyakan dari kita, tanpa disadari, telah menerapkan prinsip keuntungan komparatif dan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost). Sebagai contoh, suatu ahli bedah otak mungkin lebih baik pada perawatan pembedahan otak dan juga lebih baik dalam menyiangi rumput halaman dibandingkan dengan putra tetangganya. Akan tetapi, jika si ahli bedah secara komparatif lebih baik jika melakukan operasi, dia akan lebih banyak waktunya di meja operasi dan akan membayar remaja untuk menyiangi rumput halamannya. Ahli bedah otak bertindak seperti itu karena biaya kesempatan untuk menyiangi rumput halaman terlalu tinggi. Artinya, waktu yang dihabiskan untuk melakukan penyiangan akan membuat dia tidak ada waktu untuk melakukan operasi. Mari kita kembali ke contoh Tabel 2.1 untuk membandingkan keuntungan mutlak absolut dan keuntungan komparatif. Prancis mempunyai suatu keuntungan mutlak absolut pada anggur, sedangkan Jepang mempunyai suatu keuntungan mutlak absolut pada radio jam. Teori keuntungan mutlak absolut mengatakan bahwa Prancis perlu mengekspor anggur ke Jepang dan Jepang perlu mengekspor radio jam ke Prancis. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1, Prancis juga mempunyai suatu keuntungan komparatif dalam memproduksi anggur. Dengan satu jam, tenaga kerja menghasilkan dua kali yang dihasilkan oleh tenaga kerja Jepang untuk memproduksi anggur. Sementara itu, tenaga kerja Jepang apabila mengerjakan radio jam hanya 0.6 kali. Dengan begitu, Prancis secara relatif lebih produktif memproduksi anggur. Maka itu, Jepang mempunyai suatu keuntungan komparatif dalam memproduksi radio jam. Dengan satu jam, tenaga kerja menghasilkan 1,67 kali sebanyak radio jam ketika Prancis memproduksinya, tetapi hanya 0,5 kali sebanyak anggur. Maka itu, Jepang secara relatif lebih produktif dalam memproduksi radio jam. Teori komparatif keuntungan mengatakan bahwa Prancis perlu mengekspor anggur ke Jepang dan Jepang perlu mengekspor radio jam ke Perancis. Sebagai contoh, Tabel 2.1 menunjukkan bahwa teori keuntungan mutlak absolut dan teori keuntungan komparatif keduanya memiliki hasil yang sama. Kita lihat pada beberapa fakta yang lain. Walaupun produktivitas tetap sama di Jepang, Prancis dapat dua kali lebih besar produktivitasnya. Hal ini merupakan hasil dari program pelatihan kepada pekerja untuk mengerjakan pekerjaan baru. Tabel 2.2 menunjukkan situasi yang baru. Prancis sekarang dapat memproduksi empat botol anggur atau enam buah radio jam per jam setiap tenaga kerja. Prancis sekarang mempunyai keuntungan absolut pada kedua barang tersebut, yaitu anggur dan radio jam. Untuk setiap jam tenaga kerja, Prancis dapat memproduksi tiga botol lebih anggur (empat dikurangi satu) atau satu buah radio jam lebih (enam dikurangi lima) daripada Jepang. Berdasarkan teori keuntungan absolut, tidak perlu adanya perdagangan karena Prancis lebih produktif dibanding Jepang dalam memproduksi kedua barang tersebut. Teori keuntungan komparatif, di lain pihak, mengindikasikan bahwa perdagangan masih bisa terjadi. Prancis mempunyai waktu empat kali lebih baik dibanding Jepang dalam memproduksi anggur, tetapi hanya 1,2 kali lebih baik dalam produksi radio jam. Sebagai alternatifnya, Jepang hanya 0,25 sama baiknya dengan Prancis dalam memproduksi anggur, tetapi 0,83 sama baiknya dalam produksi radio jam. Prancis dari segi komparatif lebih baik daripada Jepang dalam produksi anggur, sedangkan Jepang secara komparatif lebih baik daripada Prancis dalam produksi radio jam. Menurut teori keunggulan komparatif, Prancis harus mengekspor anggur ke Jepang dan Jepang harus mengekspor radio jam ke Prancis. Apabila ini terjadi, keduanya mendapat kebaikan yang sama. Dalam perdagangan, satu botol anggur dapat dijual untuk 1,5 radio jam di Prancis dan untuk lima buah radio jam di Jepang. Jika Jepang menawarkan untuk melakukan perdagangan, Jepang akan menukar dua buah radio jam untuk satu botol anggur sehingga Prancis akan mendapatkan keuntungan lebih baik (walaupun Prancis memiliki keuntungan absolut dalam memproduksi radio jam). Jepang juga mendapatkan keuntungan. Tanpa melakukan perdagangan, Jepang harus memberikan lima buah radio jam untuk mendapatkan satu botol anggur. Dengan melakukan perdagangan, Jepang hanya harus memberikan dua buah radio jam untuk mendapatkan satu botol anggur lagi. Jepang mendapatkan lebih banyak anggur per radio jam melalui perdagangan dengan Prancis daripada memproduksi sendiri. Walaupun Prancis memiliki keuntungan absolut dalam memproduksi keduanya, kedua negara memperoleh keuntungan dari perdagangan ini. Bahwa keuntungan komparatiflah yang memotivasi perdagangan ini, bukan keunggulan absolut.

<figure class="wp-block-image size-full"><img loading="lazy" decoding="async" src="https://canducation.com/content/images/modul/bisnis-internasional/m2/Teori%20Keuntungan%20Komparatif.png" alt="Teori Keuntungan Komparatif.png" srcset="https://canducation.com/content/images/modul/bisnis-internasional/m2/Teori%20Keuntungan%20Komparatif.png 866w, https://canducation.com/content/images/modul/bisnis-internasional/m2/Teori%20Keuntungan%20Komparatif.png 288w, https://canducation.com/content/images/modul/bisnis-internasional/m2/Teori%20Keuntungan%20Komparatif.png 768w" sizes="(max-width: 866px) 100vw, 866px" /></figure>

4. Teori Faktor Pendukung oleh Heckscer-Ohlin

Teori Heckscer-Ohlin menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan internasional dan interegional dalam biaya produksi timbul karena perbedaan dalam pasokan faktor-faktor produksi. Barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi yang berlimpah akan memperoleh biaya produksi yang lebih murah sehingga memungkinkan menjual produknya dengan harga lebih murah di pasar-pasar internasional. Sebagai contoh, Cina yang relatif memiliki pendukung yang lebih baik dalam tenaga kerja dibanding Belanda harus berkonsentrasi pada produksi barang-barang yang banyak menggunakan tenaga kerja. Sementara itu, Belanda dengan modal yang relatif lebih besar daripada tenaga kerjanya seharusnya menspesialisasikan diri dalam produk-produk yang padat modal. Ketika kedua negara ini berdagang, masing-masing akan memperoleh barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi yang relatif langka dengan harga yang lebih rendah. Keduanya akan memperoleh keuntungan dari transaksi itu. Seberapa manfaat dari teori ini untuk menjelaskan pola perdagangan dewasa ini? Negara-negara dengan jumlah tanah yang relatif luas (seperti Australia) melakukan ekspor produk-produk yang padat lahan (gandum dan ternak). Sementara itu, Hongkong mengekspor barang-barang yang padat tenaga kerja. Akan tetapi, ada pengecualian yang berkaitan dengan sebagian asumsi Ohlin. Ada asumsi bahwa harga dari faktor-faktor produksi bergantung hanya pada faktor pendukung. Kita tahu hal ini tidak benar. Harga-harga faktor produksi tidak ditetapkan dalam pasar sempurna. Upah minimum dan manfaat-manfaat yang diatur memaksa biaya tenaga kerja meningkat sampai pada titik yang lebih tinggi daripada nilai produk yang dapat diproduksi oleh banyak tenaga kerja. Ohlin juga mengasumsikan bahwa suatu teknologi tertentu tersedia secara universal, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Selalu terdapat ketinggalan antara pengenalan metode produksi baru dan aplikasinya di seluruh dunia. Akibatnya, teknologi unggul sering kali memperkenankan sebuah negara untuk memproduksi barang-barang dengan biaya lebih rendah daripada biaya di negara yang memiliki karunia yang lebih baik dalam faktor produksi yang diperlukan. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1953 oleh ahli ekonomi Wassily Leontief mempersoalkan manfaat teori Heckscher-Ohlin sebagai peramal arah perdagangan. Studi itu, yang dikenal sebagai leontief paradox, menemukan bahwa AS, salah satu di antara negara-negara yang paling padat modal di dunia, mengekspor produk-produk padat tenaga kerja. Sebuah studi lain yang dilakukan oleh para ahli ekonomi Harvard Sachs dan Shatz tahun 1994 ternyata memperlihatkan bahwa AS telah meningkatkan ekspor barang-barang intensif tenaga kerja terdidik ke negaranegara berkembang dan mengurangi produksi barang-barangnya yang tidak memerlukan tenaga terdidik. Dengan demikian, pada dasarnya banyak hal yang diproduksi, baik dengan proses yang padat modal atau padat tenaga kerja. Kritik lain atas teori Heckscher-Ohlin adalah bagaimana teori tersebut mengabaikan biaya transportasi. Sebagaimana diketahui, ada barang-barang yang biaya angkutannya begitu tinggi sehingga biaya sampai di tempat (harga penjualan ekspor tambah beban transportasi) lebih besar daripada biaya produk yang dibuat secara lokal. Hal ini tentu saja menyebabkan inefisiensi. Kritik lain adalah berkaitan dengan perbedaan selera. Hal itu karena bagian sisi permintaan yang selalu sulit untuk berurusan dengan teori ekonomi begitu jauh, kita abaikan perbedaan-perbedaan dalam rasa/selera. Akan tetapi, orang-orang bisnis tidak dapat mengabaikan perbedaan ini yang memungkinkan perdagangan mengalir pada arah yang sama sekali berlawanan dengan yang diramalkan oleh teori keunggulan komparatif dari negara-negara biaya tinggi sampai rendah. Prancis menjual kepada AS produk-produk anggur, kosmetik, pakaian, bahkan air minum yang semuanya diproduksi di Prancis dan pada umumnya dijual dengan harga yang lebih rendah. Jerman dan Italia mengirim Porche dan Maserati ke salah satu produsen mobil terbesar di dunia. AS membeli barang-barang ini tidak hanya atas dasar harga, tetapi juga karena perbedaan preferensi selera (Rusdin, 2002). LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

  1. Jelaskan konsep teori merkantilisme dan penerapannya dalam dunia bisnis! Berikan contoh!
  2. Jelaskan perbedaan antara teori keunggulan absolut dan teori keunggulan komparatif! Berikan contoh atas perbedaan itu!
  3. Jelaskan inti dari teori faktor pendukung oleh Heckscer-Ohlin! Petunjuk Jawaban Latihan Untuk dapat menjawab soal latihan dengan baik, pelajarilah uraian materi dengan sungguh-sungguh. Apabila ada kesulitan, Anda dapat berdiskusi dengan teman atau tutor Anda.
  4. Untuk menjawab soal nomor 1, silakan Anda lihat pada halaman 2.4— 2.7.
  5. Untuk menjawab soal nomor 2, pelajari kembali halaman 2.7—2.13.
  6. Untuk menjawab soal nomor 3, coba Anda lihat halaman 2.14.

Rangkuman

Terjadinya perdagangan internasional, yaitu antarbangsa melakukan praktik perdagangan, pada dasarnya telah terjadi berabad yang lalu. Teori perdagangan internasional pada dasarnya berupaya memprediksi komposisi dan volume barang-barang yang diperdagangkan oleh bangsabangsa. Hal yang perlu dicermati adalah sisi historis perdagangan internasional itu sendiri. Latar belakang terjadinya aktivitas perdagangan tersebut umumnya diwarnai atau adanya motivasi politis. Contohnya adalah peristiwa perdagangan internasional oleh bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda yang berlayar ke Indonesia. Perdagangan merupakan salah satu politik untuk menguasai daerah jajahan baru. VOC milik Belanda membuktikan bahwa terdapat koneksitas yang kuat antara politik dan praktik perdagangan internasional, khususnya yang terjadi di Indonesia. Beberapa teori ekonomi perdagangan internasional adalah merkantilisme, teori keunggulan absolut, teori keunggulan komparatif, dan teori faktor pendukung oleh Heckscer-Ohlin.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

  1. Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari teori ekonomi bagi para pelaku bisnis internasional adalah .... A. sering berhubungan dengan pejabat-pejabat pemerintah B.mengajukan berbagai usulan proyek yang memerlukan persetujuan pemerintah C. menjelaskan kepada masyarakat manfaat dan rasionalisasi bisnisnya D.memahami gejala-gejala ekonomi yang terjadi sehingga dapat melakukan antisipasi
  2. Jepang adalah salah satu negara yang mempraktikkan paham merkantilisme dengan proteksi pasarnya yang begitu ketat. Hal tersebut disebabkan oleh berikut ini, kecuali .... A. mentalitas pertahanan budaya yang kuat B. semangat swasembada C. primordialisme D. etnosentrisme
  3. Perbedaan merkantilisme kuno dengn merkantilisme modern yang dewasa ini banyak dianut negera di dunia adalah.... A. surplus perdagangan yang harus dibayar emas dan perak B. meningkatkan ekspor dan mengurangi impor C. memberikan subsidi ekspor kepada para eksportir D. penetapan tarif bea masuk barang impor tinggi
  4. Teori keunggulan absolut yang disampaikan oleh Adam Smith merupakan antitesis terhadap neomerchantilist, kecuali .... A. merampas kemampuan individu menyangkut perdagangan bebas B. mengurangi kekayaan dari suatu negara secara keseluruhan C. memaksimalkan pembayaran dalam bentuk perak dan emas D. menghindari impor yang masuk walau dengan harga murah
  5. Perbedaan antara teori keunggulan absolut dan teori keunggulan komparatif terletak pada .... A. keunggulan sumber daya setiap negara B. peningkatan ekspor C. proteksi produk dalam negeri D. penerapan konsep opportunity cost
  6. Menurut teori faktor pendukung, untuk menjual produk murah di pasar internasional, perlu dikembangkan produksi barang-barang padat karya di negara .... A.Indonesia B. Australia C. Singapura D. Belanda
  7. Penentang teori faktor pendukung (Heckscer-Ohlin) mengkritik bahwa teori ini mengabaikan faktor pendukung tiap negara yang berbeda .... A. modal berlimpah B. tenaga kerja murah C. selera konsumen D. teknologi universal
  8. Sebuah studi dilakukan ahli ekonomi Wassily Leontief yang dikenal sebagai leontief paradox yang melakukan kajian terhadap .... A. teori keunggulan absolut B. teori keunggulan komparatif C. teori faktor pendukung D. merkantilisme
  9. Negara yang menerapkan sistem neomercantilist dengan baik adalah .... A. Indonesia B. Jepang C. Amerika Serikat D. Singapura
  10. Dampak dari teori keunggulan absolut apabila dilaksanakan oleh suatu negara adalah .... A. memenuhi selera pasar B. mengoptimalkan sumber daya melimpah negaranya C. melakukan perdagangan dengan negara sesuai dengan teori D. memproduksi produk yang paling efisienCocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kegiatan Belajar 2 Teori Kontemporer Bisnis Internasional

A.Teori-Teori Kontemporer Bisnis Internasional

Pada perkembangan selanjutnya dari teori-teori yang melatarbelakangi timbulnya bisnis internasional tersebut, muncul beberapa teori kontemporer berkaitan dengan kemajuan keilmuan dan praktik dari bisnis internasional itu sendiri seperti berikut ini (Ball dan Wendell, 2004).

1. Economies of Scale dan Kurva Pengalaman (Experience Curve)

Pada tahun 1920-an, para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari economies of scale, yaitu semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran mengakibatkan biaya produksi per unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih efisien dapat digunakan sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas pembelian-pembelian mereka dengan volume yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun karena kurva belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih banyak, mereka mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi yang menyebabkan biaya produksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat diperkirakan. Economies of scale dan kurva pengalaman memengaruhi perdagangan internasional karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen biaya rendah tanpa memiliki faktor-faktor produksi yang melimpah. Kemudian, persis seperti dalam hal keunggulan komparatif, bangsa-bangsa mengadakan spesialisasi dalam produksi beberapa produk dan berdagang dengan bangsa-bangsa lain untuk memasok sisa kebutuhan mereka.

2.Teori Penggerak Pertama (First Movers)

Sebagian ahli teori manajemen menyatakan bahwa perusahaanperusahaan yang pertama menerobos pasar (penggerak pertama) akan segera mendominasinya. Hasil dari bagian pasar yang besar akan memungkinkan mereka memperoleh manfaat economies of scale yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Sebuah studi yang meliputi kisaran industri yang luas menunjukkan bahwa penggerak pertama memegang 30 persen bagian pasar (market share) dibandingkan dengan hanya 13 persen bagi penerobos kemudian. Sebuah temuan lain, yaitu 70 persen pemimpin pasar yang ada sekarang adalah para penggerak pertama. Akan tetapi, riset yang baru menunjukkan bahwa studi-studi sebelumnya tidak sempurna karena didasarkan atas survei perusahaan-perusahaan yang bertahan hidup dan tidak memasukkan sejumlah pionir yang sebenarnya. Sebagai contoh, perusahaan AS, yaitu Ampex, membuat VCR pertama. Akan tetapi, karena menetapkan harga begitu tinggi ($50.000), perusahaan itu hanya dapat menjual produknya sedikit. Sony dan Matsushita melihat potensi pasar dan bekerja selama 20 tahun untuk membuat VCR yang dijual seharga $500. Mereka telah mencapai tujuan tersebut dan menyudutkan pasar produk Ampex dari AS.

Teori Linder

Teori ini berkaitan dengan permintaan yang tumpang-tindih. Stefan Linder mengenali bahwa meskipun teori orientasi permintaan Heckscher- Ohlin yang bergantung pada faktor pendukung cukup memadai untuk menerangkan perdagangan internasional dalam produk-produk primer, diperlukan suatu penjelasan lain untuk perdagangan barang-barang manufaktur. Teori orientasi permintaannya menyatakan bahwa selera konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Karena itu, tingkat pendapatan per kapita suatu bangsa menentukan jenis barang-barang yang akan dimintanya. Karena industri akan memproduksi barang-barang untuk memenuhi permintaan tersebut, jenis-jenis produk yang dibuat mencerminkan tingkat pendapatan per kapita negara itu. Barang-barang yang diproduksi untuk konsumsi domestik akhirnya dapat diekspor. Teori Linder berkesimpulan bahwa perdagangan internasional dalam barang-barang manufaktur akan menjadi lebih besar antara negara-negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang sama daripada antara negaranegara yang tidak sama tingkat pendapatan per kapitanya. Barang-barang yang akan diperdagangkan adalah barang-barang yang terdapat permintaan tumpang-tindih (overlapping demand). Itu berarti para konsumen di kedua negara meminta jenis barang yang sama. Perhatikanlah perbedaan model Linder dengan model keunggulan komparatif. Dalam hal ini, ia tidak menentukan arah barang-barang tertentu akan pergi. Sebenarnya, Linder menjelaskan bahwa sebuah barang dapat pergi ke arah mana saja. Anda tentu saja tahu bahwa perdagangan intraindustri ini timbul karena diferensiasi produk (product differentiation), misalnya Ford mengekspor Mustang-nya ke Jepang dan Nissan mengirim 300ZX-nya ke AS karena para konsumen di kedua negara memiliki pandangan yang berbeda dalam hal merek.

Teori Keunggulan Kompetitif dari Porter Michael Porter

seorang profesor ilmu ekonomi dari Harvard University, menelaah 100 perusahaan di 10 negara berkembang untuk mempelajari keunggulan sebuah bangsa dalam suatu industri yang dapat dijelaskan secara lebih memadai dengan variabel-variabel selain faktor-faktor produksi yang merupakan dasar teori-teori keunggulan komparatif dari Heckscher-Ohlin. Teori Porter menyatakan bahwa empat variabel akan mempunyai dampak atas kemampuan perusahaan-perusahaan lokal di suatu negara untuk menggunakan sumber-sumber negara itu guna memperoleh keunggulan komparatif berikut.

a. Kondisi-kondisi permintaan: sifat dasar dari permintaan domestik

Apabila para pelanggan sebuah perusahaan sedang mempunyai permintaan, ia akan berusaha memproduksi produk-produk yang berkualitas tinggi dan inovatif. Dalam melakukan hal itu, akan diperoleh keunggulan kompetitif atas perusahaan-perusahaan yang berada di tempat tekanan domestik lebih kecil. Hal ini mungkin merupakan kasus pada waktu lampau ketika perusahaan-perusahaan internasional memperkenalkan produk-produk baru mereka mula-mula di pasar dalam negerinya (suatu kondisi mengenai teori daur hidup produk). Akan tetapi, ketika banyak perusahaan memperkenalkan produk-produk baru secara global, variabel itu akan menjadi kurang penting.

b. Kondisi-kondisi faktor: level dan komposisi faktor produksi

Porter membedakan antara faktor-faktor dasar (teori Heckscher-Ohlin) dan faktor-faktor lanjutan (infrastruktur sebuah negara). Kekurangan karunia alam telah menyebabkan bangsa-bangsa melakukan investasi dalam penciptaan faktor-faktor lanjutan, seperti pendidikan angkatan kerjanya, pelabuhan bebas, dan sistem komunikasi maju untuk memungkinkan industri-industri mereka bersaing secara global. Berbagai negara di Karibia telah meningkatkan sistem komunikasi mereka untuk menarik perusahaan- perusahaan perbankan dan jasa lainnya yang mempunyai sedikit ketergantungan pada faktor-faktor produksi dasar.

c. Industri-industri terkait dan pendukung para pemasok dan jasa dukungan industri

Selama berpuluh-puluh tahun, perusahaan-perusahaan dalam sebuah industri dengan para penyedianya, penyedia bagi mereka, dan seterusnya cenderung membentuk sebuah kelompok di lokasi tertentu, sering kali tanpa alasan yang jelas. Misalnya, semua perusahaan karet AS terkemuka, dengan kekecualian U.S. Rubber yang berlokasi di Akron, Ohio, sejak awal abad ke- 21, mendominasi industri ban dunia. Secara nalar, banyak pemasok mereka, seperti para produsen kimia karet, perusahaan-perusahaan karet sintetis, dan pabrikan-pabrikan mesin pemroses karet, telah memiliki fasilitas-fasilitas produksi, laboraturium yang luas, serta organisasi-organisasi jasa di sana.

d.Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan-perusahaan domestik, adanya hambatan-hambatan untuk masuk, serta organisasi dan gaya manajemen perusahaan

Porter mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terkena persaingan berat di pasar-pasar domestiknya secara konstan akan meningkatkan efisiensinya yang membuat mereka lebih kompetitif secara internsional. Selama berpuluh-puluh tahun, perusahaan-perusahaan dalam industri yang oligopolistis telah mengamati dengan saksama setiap gerakan para pesaing mereka dan bahkan telah menerobos pasar-pasar luar negeri karena pesaing-pesaingnya telah pergi ke sana.

B.Teori-Teori Investasi Langsung Luar Negeri

Teori investasi langsung luar negeri kontemporer merupakan perluasan dari teori klasik. Teori ini didasarkan pada dalil bahwa perbedaan-perbedaan dalam suku bunga investasi dan risiko adalah alasan penting yang menyebabkan modal dapat berpindah dari satu negara ke negara lain. Beberapa teori investasi langsung luar negeri sebagai berikut (Rusdin, 2002).

1. Teori Keunggulan Monopolistis

Teori ini dipelopori oleh Stephen Hymer (1960) yang menunjukkan bahwa investasi langsung luar negeri lebih banyak terjadi dalam industri oligopolistis daripada dalam industri-industri yang beroperasi dalam persaingan hampir sempurna. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan dalam industri ini harus memiliki keunggulan yang tidak dapat diperoleh perusahaan-perusahaan lokal. Keunggulan tersebut harus merupakan economies of scale, teknologi unggul atau pengetahuan pemasaran, dan manajemen atau keuangan yang superior. Investasi langsung luar negeri terjadi karena ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi.

2. Ketidaksempurnaan Pasar Produk dan Faktor Produksi

Teori ini dipelopori oleh Caves (Harvard) yang menunjukkan bahwa pengetahuan unggul memungkinkan perusahaan melakukan investasi untuk memproduksi berbagai produk yang lebih disukai konsumen daripada barang-barang yang sama dengan buatan lokal. Dengan demikian, akan diberikan kepada perusahaan itu beberapa pengendalian atas harga jual dan keunggulan atas perusahaan-perusahaan pribumi. Untuk mendukung apa yang dikemukakannya, ia memberikan catatan bahwa perusahaan-perusahaan yang menanamkan modal di luar negeri adalah industri-industri yang secara khusus terkait dalam penelitian produk dan usaha pemasaran yang kuat.

3. Daur Hidup Produk Internasional (International Product Life Cycle/Tplc)

Sebagaimana diketahui, terdapat hubungan yang erat antara perdagangan internasional dan invetasi internasional. Konsep IPLC menjelaskan pula investasi langsung luar negeri sebagai tahap alamiah dalam kehidupan suatu produk. Untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayaninya melalui ekspor. Sebuah perusahaan harus menanamkan modal berupa sarana produksi di luar negeri ketika perusahaan-perusahaan lain mulai menawarkan produk yang sama. Gerakan ke luar negeri ini akan semakin tinggi selama tahap ketiga dan keempat, yaitu ketika perusahaan yang memperkenalkan produk ini berupaya untuk tetap kompetitif, baik di pasar ekspornya, di pasar dalam negeri, maupun yang berlokasi di negara-negara yang faktor-faktor produksinya lebih murah.

4. Teori Internalisasi

Teori ini merupakan pengembangan dari pengetahuan unggul, tetapi ia dapat memperoleh harga yang lebih tinggi untuk pengetahuan itu dengan menggunakannya daripada menjualnya di pasar terbuka. Dengan melakukan investasi di cabang luar negeri daripada memberikan lisensi, perusahaan tersebut mampu menjual pengetahuannya melewati batas negara dan tetap mempertahankannya di dalam perusahaan dengan harapan dapat mewujudkan hasil yang lebih baik atas investasi yang dilakukan untuk memproduksinya. Dalam teori lain yang terkait, Aliber mengemukakan adanya ketidaksempurnaan dalam pasar valuta asing dan pasar ini dipercaya ikut bertanggung jawab atas terjadinya investasi luar negeri. Perusahaanperusahaan di negara-negara dengan mata uang over valued (nilainya terlalu tinggi) tertarik untuk menanamkan modal di negara-negara yang mata uangnya under valued (nilainya rendah). Sebagai contoh, perusahaanperusahaan dari AS, Eropa, dan Jepang menanam investasi ke Indonesia yang nilai mata uangnya lebih rendah.

5. Teori Elektik Produksi Internasional

Teori ini diperkenalkan oleh Dunning yang intinya menggabungkan unsur-unsur dari beberapa teori sebelumnya. Dunning mengemukakah bahwa apabila sebuah perusahaan bermaksud melakukan investasi dalam sarana produksi di luar negeri, ia harus memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut. a. Ownership specific (kepemilikan yang khas), yaitu bagaimana sebuah perusahaan mempunyai atau mampu mendapatkan aset-aset yang kelihatan (tangible assets) dan tidak kelihatan (intangible assets) yang tidak dapat diperoleh perusahaan-perusahaan lain. b. Internalization (internalisasi), yaitu perusahaan-perusahaan lebih baik menggunakan kekhasan yang dimilikinya secara optimal daripada melisensikannya kepada pihak asing. c. Location specific (kekhasan setempat/lokal), yaitu perusahaan akan memperoleh keuntungan dengan menempatkan sebagian fasilitas produksinya di luar negeri. d. Lebih jauh, teori ini memberikan penjelasan atau pilihan sebuah perusahaan internasional terhadap fasilitas produksinya di luar negeri. Perusahaan tersebut harus memiliki keunggulan-keunggulan lokal ataupun kepemilikan untuk menanamkan modal di luar negeri. Perusahaan tersebut akan melakukan investasi di tempat yang paling menguntungkan untuk menginternalisasikan keunggulannya.

C. Pandangan Umum Mengenai Teori Bisnis Internasional.

Secara umum, bisnis internasional timbul terutama karena perbedaanperbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang diakibatkan oleh (Rusdin, 2002): - perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi; - perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor yang digunakan; - perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor ini; - kurs valuta asing. Meskipun demikian, perbedaan selera dan variabel permintaan dapat mengubah arah perdagangan yang diramalkan oleh teori. Teori bisnis internasional jelas menunjukkan bahwa bangsa-bangsa akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi dalam barang-barang tempat mereka memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor barang-barang yang mempunyai kerugian secara komparatif. Pada umumnya, hambatan-hambatan perdagangan yang memberhentikan ~ mengalirnya barang-barang dengan bebas akan membahayakan kesejahteraan suatu bangsa. Apabila hal ini benar, mengapa setiap bangsa di dunia dikelilingi oleh berbagai hambatan perdagangan? Kontradiksi yang jelas ini timbul karena pejabat-pejabat pemerintah yang mengambil keputusan mengenai restriksi (hambatan) impor peka terhadap kelompok-kelompok kepentingan yang akan dirugikan oleh persaingan internasional. Kelompok-kelompok ini terdiri atas badan/lembaga masyarakat yang kecil dan mudah diidentifikasi sebagai lawan dari jumlah konsumen yang besar dan tersebar luas yang mendapat keuntungan dari perdagangan bebas. Dalam setiap debat politik mengenai larangan impor yang diusulkan, kelompok proteksionis akan bersatu dalam memberikan tekanan kepada pejabat-pejabat pemerintah. Sementara itu, para konsumen yang setuju terhadap perdagangan bebas membesarkan sebuah usaha yang terorganisasi. Sebagai contoh, di Indonesia para petani dan organisasi serikatnya memprotes keras kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras, gula, dan produksi pertanian lainnya karena hal itu akan menjatuhkan harga gabah dan gula lokal. Akan tetapi, lembaga konsumen akan meninjaunya dari sisi lain karena impor tersebut memungkinkan konsumen membeli dengan harga yang relatif murah (Rusdin, 2002).

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan economies of scale!
  2. Pada konsep teori penggerak pertama, jelaskan bagaimana seorang manajer menjadikan perusahaannya sebagai penggerak pertama menerobos pasar!
  3. Sebutkan serta jelaskan secara singkat teori-teori dari investasi langsung luar negeri! Petunjuk Jawaban Latihan Untuk dapat menjawab soal latihan dengan baik, pelajarilah uraian materi dengan baik. Apabila ada kesulitan, Anda dapat berdiskusi dengan teman atau tutor Anda.
  4. Coba Anda lihat halaman 2.20.
  5. Silakan Anda pelajari kembali halaman 2.20—2.21.
  6. Silakan Anda lihat halaman 2.23—2.25.

Rangkuman

Teori investasi langsung luar negeri kontemporer merupakan perluasan dari teori klasik. Teori ini didasarkan pada dalil bahwa perbedaan-perbedaan dalam suku bunga investasi dan risiko adalah alasan penting yang menyebabkan modal dapat berpindah dari satu negara ke negara lain. Beberapa teori investasi langsung luar negeri adalah teori keunggulan monopolistic, ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi, daur hidup produk internasional (IPLC), teori internalisasi, serta teori elektik produksi internasional. Secara umum, perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan-perbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaanperbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang diakibatkan oleh

  1. perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi,
  2. perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor yang digunakan,
  3. perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor ini,
  4. kurs valuta asing. Meskipun demikian, perbedaan selera dan variabel permintaan dapat mengubah arah perdagangan yang diramalkan oleh teori.

Tes Formatif 2

  1. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! Teori economies of scale dan experience curve membahas suatu negara dalam perdagangan internasional karena .... A. tenaga kerja melimpah B. murahnya bahan baku C. keunggulan absolut suatu negara D. besarnya industri dalam meningkatkan hasil produksi
  2. Teori Linder menjelaskan bahwa barang-barang yang akan diperdagangkan di dua negara yang sama pendapatan per kapitanya adalah barang-barang overlapping demand. Maksudnya, barang yang diminta adalah .... A. barang yang kualitas sama B. barang dengan keunggulan komparatif C. barang murah sesuai permintaan D. barang dengan biaya produk paling efesien
  3. Teori Porter menyatakan bahwa empat variabel akan mempunyai dampak atas kemampuan perusahaan-perusahaan lokal di suatu negara untuk menggunakan sumber-sumber negara itu guna memperoleh keunggulan komparatif berikut, kecuali .... A. kondisi permintaan domestik B. kondisi dasar dan faktor lanjutan C. ketatnya persaingan perusahaan-perusahaan domestik D. lokasi industri di daerah pelabuhan
  4. Faktor-faktor lanjutan dalam teori Porter telah dikembangkan secara optimal karena kekurangan faktor dasar dalam negara .... A. Indonesia B. India C. Singapura D. Malaysia
  5. Penanaman modal internasional di suatu negara didasarkan pada .... A. suku bunga investasi dan tenaga kerja murah B. suku bunga investasi dan insentif investasi dari pemerintah C. suku bunga investasi dan risiko investasi D. risiko investasi dan keuntungan besar
  6. Perdagangan internasional dewasa ini timbul karena adanya .... A. persamaan terhadap investasi di negaranya B. kurs valuta asing C. Permintaan barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri D. meningkatkan ekspor untuk meraup keuntungan
  7. Teori keunggulan monopolistis dipelopori oleh Stephen Hymer yang menunjukkan bahwa investasi langsung luar negeri lebih banyak terjadi dalam industri .... A. monopolistis B. oligopolistis C. keunggulan absolut D. keunggulan komparatif
  8. Pengetahuan yang unggul memungkinkan perusahaan melakukan investasi untuk memproduksi berbagai produk yang lebih disukai konsumen daripada barang-barang yang sama buatan lokal. Pernyataan tersebut merupakan teori .... A. ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi B. daur hidup produk internasional C. internalisasi D. elektik produksi internasional
  9. Teori internalisasi merupakan pengembangan dari pengetahuan unggul dengan harapan dapat mewujudkan hasil yang lebih baik atas investasi yang dilakukan dengan melakukan .... A. menjual saham di pasar terbuka B. investasi di cabang luar negeri C. memindahkan lokasi industri D. alih teknologi tempat investasi
  10. Sebuah perusahaan bermaksud melakukan investasi dalam sarana produksi di luar negeri dan harus memiliki keunggulan-keunggulan berikut, kecuali .... A. location specific B. internalization C. intangible D. ownership specific

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

GLOSARIUM

Baik, berikut format Markdown dari gambar di atas:

Glosarium

Daur hidup produk internasional (IPLC)

Dimulai pada saat pasar asing memberi kesempatan kepada produsen domestik untuk memperpanjang daur hidup produknya setelah permintaan domestik jenuh dan diakhiri dengan keadaan ketika perusahaan asing dapat membuat produk yang sama dengan biaya yang lebih murah, kualitas yang lebih baik, dan meluncurkannya di pasar domestik.

Feasibility study (FS)

Sebuah studi yang bertujuan untuk menilai kelayakan implementasi sebuah bisnis. Sementara itu, aspek-aspek yang dianalisis dalam FS adalah aspek-aspek financial benefit yang meliputi keuntungan untuk perusahaan tersebut; macro economic benefit; serta social benefit, yaitu manfaat yang diterima oleh masyarakat berkaitan dengan proyek tersebut.

Kebijakan ekonomi

Mengacu pada tindakan sebuah kebijakan pemerintah dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi. Kebijakan ini dapat pula mencakup sistem untuk menetapkan sistem perpajakan, suku bunga, anggaran pemerintah, pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari intervensi pemerintah ke dalam perekonomian.

Kurs valuta asing

Perbandingan nilai mata uang asing yang dinyatakan dengan nilai mata uang dalam negeri. Kurs jual adalah harga saat bank menjual valuta asing. Kurs beli adalah harga saat bank membeli valuta asing. Untuk menghitung nilai tukar valuta asing, bank penggunaan kurs jual maupun kurs beli, dipandang dari sisi bank atau dari sisi pedagang valuta asing.

Neraca pembayaran

Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, serta transaksi finansial. Umumnya, neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan, neraca lalu lintas modal dan finansial, serta item-item finansial.

Neraca perdagangan

Disebut juga ekspor bersih, terkadang dilambangkan sebagai NX, yaitu selisih keluaran antara nilai keungan dari ekspor dan impor dalam suatu perekonomian selama periode tertentu. Ini adalah hubungan antara impor dan ekspor suatu negara. Keseimbangan yang positif dikenal sebagai surplus perdagangan jika terdiri atas ekspor lebih besar dari impor. Neraca negatif disebut sebagai defisit perdagangan atau secara informal disebut kesenjangan perdagangan. Neraca perdagangan terkadang terbagi menjadi neraca barang dan jasa.

Subsidi

Disebut juga subvensi, yaitu bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan), peningkatan harga produknya, atau hanya untuk mendorong mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi upah). Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor. Subsidi di berbagai bahan pangan dilakukan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah pekotan, serta subsidi ditetapkan untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai swasembada produksi pangan.