
Pada artikel ini akan dibahas TUGAS TUTORIAL 1 MANAJEMEN STRATEGIK
SOAL DAN JAWABAN TUGAS TUTORIAL 1 MANAJEMEN STRATEGIK
Pertanyaan:
Dengan adanya pandemic Covid-19, tidak sedikit jumlah perusahaan yang terdampak Corona, bahkan sampai harus banting setir. Baik dari segi alokasi dana, kebijakan operasional, hingga produk yang dijual di pasaran. Adanya pemberlakuan social dan physical distancing juga menyebabkan beberapa tempat usaha tidak dapat berjalan seperti biasanya
a. Menurut anda apakah yang harus dilakukan oleh manajer dalam menyikapi perubahan ketidakpastian lingkungan seperti itu?
Jawab:
Beberapa hal yang harus dilakukan oelh manajer dalam menyikap perubahan ketidakpastian lingkungan diantaranya adalah
1) Memahami kekuatan dan kelemahan perusahaan sedari awal.
Dalam penyusunan manajemen strategik haruslah melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan agar perusahaan mampu bertahan (survive) menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang terus menerus. Dengan demikian, perusahaan siap setiap saat merebut peluang bisnis yang muncul. Perusahaan mencoba bertahan hidup dan di saat yang sama siap menangkap peluang emas yang dapat muncul secara tiba-tiba. Jadi, tugas pokok yang dibebankan pada manajemen strategik bukan lagi hanya mengidentifikasi peluang terbaik dari pasar yang sedang tumbuh, akan tetapi menyiapkan perangkat yang siap menangkap sinyal pasar, selembut apapun sinyal itu.
2) Menyadari bahwa perusahaan sedang menghadapi krisis
Dalam kondisi pandemic Covid-19 ini, hal pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin adalah menyadari bahwa perusahaan sedang menghadapi krisis. Hal ini merupakan langkah yang cukup sulit, terutama di saat krisis muncul secara bertahap dan berkembang di dalam situasi yang terlihat wajar sehingga tidak terlihat secara nyata. Untuk mengantisipasi ancaman potensial dari krisis yang berkembang dengan lambat ini, para pemimpin perlu menekan bias kenormalan (normalcy bias), yang dapat
menyebabkan mereka meremehkan kemungkinan maupun dampak yang dapat ditimbulkan.
Dalam kondisi krisis ini, para pemimpin tidak dapat merespon seperti dalam keadaan darurat biasa dimana tindakan biasanya dilakukan mengikuti rencana yang telah disusun sebelumnya.. Dalam krisis dimana terdapat banyak ketidakbiasaan (unfamiliarity) dan ketidakpastian, perlu dilakukan penyesuaian besar untuk memberikan respon secara efektif.
Pemimpin harus membuat kebijakan yang bersifat luas, seperti pemberlakuan nkebijakan “work from home”.Namun dalam emmbuat kebijakan harus memerhatikan penyesuaian dengan proses bisnis yang ada yang dapat mempertahankan jalannya bisnis bahkan setelah krisis berlalu. Hal yang dibutuhkan oleh para pemimpin saat terjadi krisis bukanlah penanganan yang telah terencana sebelumnya melainkan perilaku dan pola pikir yang dapat mencegah reaksi yang berlebihan terhadap krisis dan bagaimana menghadapi tantangan ke depan. Dalam artikel ini, kami menggali lima perilaku dan pola pikir yang dapat membantu para pemimpin untuk mengambil tindakan terbaik dalam mengatasi pandemi virus corona dan krisis lainnya di masa depan.
3) Persiapan untuk merespons krisis Denham Membentuk jaringan satuan tugas
Saat terjadi krisis, para pemimpin perlu menghilangkan keyakinan bahwa respon yang bersifattop-down akan membawa stabilitas. Untuk menangani keadaaan darurat, pada umumnya perusahaan mengandalkan struktur command-and-control untuk mengelola kegiatan operasionalnya dengan baik dengan menerapkan respon yang terencana. Namun, dalam krisis yang penuh dengan ketidakpastian, para pemimpin menghadapi masalah baru yang belumpernah dialami sebelumnya. Jajaran eksekutif puncak suatu perusahaan tidak mampumengumpulkan informasi atau mengambil keputusan yang cukup cepat untuk merespon secara efektif.
4) Penyesuaian perusahaan dengan SOP baru
Adanya pandemic COVID-19 mengubah cara manusia menjalani rutinitas atau new normal, yaitu perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal tapi ditambah dengan penerapan protokol kesehatan. Termasuk penerapan SOP protokol kesehatan di kantor saat new normal agar tetap bekerja dengan aman.
Dalam rangka antisipasi lanjutan terutama kepada karyawan usai masa krisis penyebaran COVID-19 dan menjalani kehidupan new normal, perusahaan perlu menyusun prosedur operasional perusahaan baru yang harus dijalankan.
5) Penyesuaian metode pemasaran
Dalam pandemic COVID-19 ini, manajer harus dapat memperkuat nilai dari produk yang dijual. Penggunaan media digital saat melakukan promosi di masa pandemic akan memudahkan pemasaran produk karena pelanggan lebih banyak menghabiskan waktu dan beraktivitas di rumah. Waktu untuk melihat smartphone atau melihat TV akan lebih
banyak dihabiskan dibanding hari-hari biasanya. Misalnya, promosi “buy-now” promotion, atau push notification di smartphone pelanggan dengan tulisan “sending a great promotion to you.” Penerapkan E-commerce dan Digittal Marketing untuk pemasaran produk perusahaan sangat diperlukan dimasa pandemic ini
6) Diversifikasi produk Dalam kondisi pandemic, seorang manajer sebaiknya melakukan strategi diversifikasi produk. Dengan melakukan diversifikasi produk diharapkan volume penjualan dari perusahaan bertambah akibat dari penjualan yang juga bertambah dan dapat mewujudkan tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan keuntungan. Selain itu strategi yang dimiliki perusahaan juga harus dapat membuat perusahaan bertahan di masa pandemic Covid-19 seperti saat ini
Sumber:
BMP EKMA 4414/MODUL 1/Hal 1.20-1.24
https://www.talenta.co/blog/administrasi-hr/sop-protokol-kesehatan-di-kantor-saat-new-normal/
https://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/ppn/article/view/382
http://etheses.iainkediri.ac.id/3715/
b. Jelaskan secara rinci beberapa karakteristik pokok lingkungan bisnis!
Jawab:
Beberapa karakteristik pokok lingkungan bisnis adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan bisnis makro tidak memiliki batas (boundlessness). Sekalipun secara umum terdiri dari lingkungan ekonomi, teknologi, politik, hukum, sosial, dan kependudukan; akan tetapi detail dari masing-masing lingkungan amat luas, dalam, dan tanpa batas. Masing-masing memiliki intensitas pengaruh yang berbeda terhadap berbagai aspek manajemen fungsional. Mustahil ditemukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan kecakapan yang menyeluruh yang dapat memahami keluasan dan kedalaman begitu banyak aspek. Manajemen perlu menyiapkan waktu, tenaga, dan dana yang cukup jika mereka dituntut untuk mengamati perubahan lingkungan makro secara komprehensif dan terus menerus. Sekalipun demikian, belum ada jaminan bagi manajemen mampu menemukan sebagian dari lingkungan makro yang unik (khas) yang dilihatnya sebagai faktor penentu utama keberhasilan perusahaan. Sering kali terjadi justru manajemen terjebak untuk membuat daftar yang begitu panjang dan tidak mampu menentukan urutan penting dan intensitas pengaruh masing-masing faktor. Diseyogiakan manajemen berbuat yang sebaliknya. Tanpa perlu daftar panjang, akan tetapi mengandung elemen yang signifikan.
2) lingkungan bisnis makro juga hanya memberikan sinyal yang lemah (periferal) kepada manajemen (Day dan Schoemaker, 2005, 2006). Sinyal yang diberikan amat lemah (weak signals), oleh karena itu sering terlewatkan oleh eksekutif (kecolongan). Amat jarang ditemukan sinyal perubahan yang transparan. Manajemen perlu melakukan deteksi sinyal yang berada di pinggiran (scanning the periphery). Kecenderungan perubahan biasanya baru dapat dilihat dalam jangka panjang. Kadang kala sinyal yang diberikan bertolak belakang satu sama lain yang dapat menyulitkan pemilahan. Oleh karena itu, di samping pengetahuan dan kecakapan,manajemen juga dituntut memiliki intuisi bisnis yang terlatih, dan terus menerus diasah. Manajemen juga perlu menggali sumber informasi di luar yang formal dan resmi. Pada banyak negara berkembang, manajemen perlu rekan bisnis, gosip, humor. Jika perlu manajemen perlu memiliki sumber membangun jaringan informasi secara informal, yang biasanya berasal dari informasi dari pusat pengambilan keputusan kebijaksanaan lingkungan makro (insider sources).
3) lingkungan bisnis makro juga memiliki sifat tak dapat dikendalikan Dilihat dari kepentingan perusahaan, lingkungan bisnis makro juga memiliki sifat tak dapat dikendalikan. Manajemen sama sekali tidak memiliki kendali manajerial terhadap besaran dan arah perubahan lingkungan makro. Dalam batas-batas tertentu yang amat kecil, hanya perusahaan yang amat sangat luar biasa – dalam segala ukuran – kadang kala memegang kendali lingkungan makro. Akibatnya, manajemen tidak dapat sepenuhnya bersikap proaktif. Hanya sedikit manajemen yang mampu mengembangkan sikap proaktif secara ajek. Cenderung bersikap reaktif. Manajemen lebih banyak hanya sekedar menunggu. Manajemen hanya sekedar memberikan tanggapan terhadap perubahan lingkungan makro. Manajemen cenderung hanya menyiapkan antisipasi bisnis. Oleh karena itu, biasanya pilihan yang paling lazim adalah menyesuaikan (adaptasi) dengan perubahan lingkungan bisnis. Prinsip bersedia melakukan adaptasi atau memilih mati (adapt or die) amat populer. Kalaulah ada perusahaan yang mampu melakukan rekayasa pada lingkungan bisnis makro, biasanya memerlukan biaya yang amat mahal dan juga membutuhkan waktu tunggu yang relatif lama.
Sumber:
BMP EKMA 4414/MODUL 2/Hal 2.5-2.6