ETIKA KEPEMIMPINAN - Materi Terbaru - 1

ETIKA KEPEMIMPINAN

Etiket dan Kepemimpinan

Etika dan Etiket

Etika dan etiket sama-sama memberikan pedoman tentang bagaimana seharusnya sesuatu perbuatan. Tapi, etika lebih berkaitan dengan moral, sedangkan etiket berkaitan dengan cara, sopan santun, dan tata krama dalam pergaulan formal.

Menurut para pakar, etiket merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku.

Perbedaan etika dengan etiket secara umum menurut K. Bertens dalam bukunya Etika, 1994:

Perbedaan Etika dan Etiket

Kepemimpinan

Definisi Kepemimpinan menurut berbagai ahli:

  1. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry),
  2. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O’Donnell),
  3. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya suatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).

Simpulan:

Kepemimpinan adalah sebuah upaya untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki kemauan untuk mecapai tujuan bersama dan memastikan terjadinya kesatuan visi dalam kelompok.

Etiket Kepemimpinan

Etiket Kepemimpinan adalah cara-cara yang dianggap benar secara umum oleh sekelompok atau suatu komunitas masyarakat untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama yang dimiliki oleh suatu organisasi.

Nilai-Nilai Umum Etiket

Tiga prinsip dalam etiket:

  • Respek

Respek berarti menghargai orang lain, peduli pada orang lain dan memahami orang lain apa adanya.

  • Empati

Empati berarti meletakkan diri di pihak orang lain.

  • Kejujuran

Kejujuran adalah sebuah bahasa yang universal, setiap orang membutuhkan kejujuran dari bawahannya. Kejujuran akan diterima di manapun kita berada tapi dengan tetap memperhatikan situasi dan kondisi.

Contoh etiket dan penerapannya yang berlaku di masyarakat umum Indonesia:

  1. Ketika sedang makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau sudah selesai terus mencuci
  2. Makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket bila dilakukan bersama-sama orang lain,
  3. Makan dengan tangan kanan,
  4. Makan tidak boleh berdecap dan bersendawa,
  5. Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan,
  6. Mengucapkan salam ketika masuk ke rumah.

 

Nilai-Nilai Umum Etiket Kepemimpinan

Landasan Moral Kepemimpinan

Pemimpin Visioner adalah pemimpin yang memiliki beberapa kriteria antara lain:

  1. Memiliki kompetensi untuk mewujudkan visi organisasi secara bersama-sama dengan SDM yang dipimpinnya,
  2. Memiliki kemampuan rethinking future,
  3. Mampu menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki organisasi,
  4. Mempunyai kewibawaan sehingga mampu membangun semangat setiap pribadi untuk ikut ambil bagian dalam mewujudkan tujuan,
  5. Tidak hanya menguasai permasalahan yang dihadapi, tapi juga memiliki semangat membara untuk bersama-sama menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat.

Moral ketagwaan mampu mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governement) karena moral ketagwaan mendorong seorang pemimpin bersikap transparan, keterbukaan dalam melaksanakan amanah yang diembannya. Dalam proses penetapan kebijakan memberikan kesempatan orang yang dipimpin memberikan kontribusi sehingga rakyat menjadi individu yang aspiratif dan responsif sedangkan pimpinan menjadi fasilitator yang penuh edikatif dan responsif akomodatif terhadap kepentingan orang yang dipimpinnya.

  1. Landasan Moral Kepemimpinan Rasullullah

Rahasia sukses Rasullullah Saw memimpin umat adalah terletak pada kepribadiannya. Berikut adalah sebagian akhlak dan kepribadian Rasullullah:

  • Sidik (Kejujuran),
  • Amanah (Menyampaikan),
  • Adil:
  • Fathonah (Kecerdasan),
  • Tabligh,
  • Ketagwaan.

 

Moral Kepemimpinan dalam serat Jatipustaka Makhuta Raja

  • Pemimpin/raja mengingat asal usul,
  • Niat,
  • Pengambilan keputusan etik dan perilaku etik.

Serat Makhuta Raja adalah tulisan Sultan Hamengku Buwono V yang merupakan pedoman bagi raja atau pemimpin. Sebagai buku, serat ini mengandung ajaran-ajaran moral yang seharusnya (das Sollen) dilakukan dan dijalankan oleh raja atau pemimpin pada umumnya. Sebagai kitab ajaran, berisi aturan-aturan yang bersifat imperatif atau mengharuskan.

Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan etik dan perilaku etik. Tanggung jawab utama pemimpin adalah membuat keputusan etik dan berperilaku secara etik pula, serta mengupayakan agar organisasi memahami dan menerapkannya dalam kode-kode etik.

  1. Saran-Saran untuk Perilaku Secara Etik

Pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai etika organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Berikut beberapa saran yang diadaptasi dari Blanchard dan Peale (1998):

  1. Berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda,
  2. Berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa bangga akan perilaku anda,
  3. Berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda dan diri anda sendiri:
  4. Berperilakulah dengan teguh,
  5. Berperilakulah secara konsisten dengan apa yang bear-benar penting.

 

Urgensi Etika Kepemimpinan

Sebagian pemimpin saat ini tidak mempuyai etika, seperti tidak mempunyai pendirian

dalam berkoalisi, berbicara yang tidak pantas di depan public, saling mencerca dan mencaci maki, serta melakukan korupsi. Pemimpin harus mempunyai etika karena etika memberikan tuntunan pada pemimpin di tengah-tengah masyarakat yang memiliki nilai yang beragam atau pluralism moral (Bertens, 31), dan akan membimbing serta memampukan pemimpin dalam menghadapi persoalan akibat muncul/berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam organisasi, etika kepemimpinan sangat penting karena pemimpin harus membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga harus memikirkan tentang pengaruhya terhadap masyarakat.

Syarat pemimpin yang beretika, adalah sebagai berikut:

  • Memiliki hati nurani yang baik.

Hati nurani adalah suatu penghayatan tentang baik dan buruk yang berhubungan dengan tingkah laku konkret/nyata manusia (Bertens, 51-52). Menurut Bertens, hati nurani ada dua, yaitu:

  1. Hati Nurani Retrospektif adalah hati nurani yang mengevaluasi terhadap perbuatan manusia pada masa lalu, apakah perbuatan tersebut baik ataukah buruk dan berfungsi sebagai instansi kehakiman yang mencela jika melakukan perbuatan buruk, memuji jika melakukan perbuatan baik.
  2. Hati Nurani Prospektif adalah hati nurani yang memberikan penilaian atas perbuatan di masa yang akan datang. Artinya, sebelum melakukan sesuatu hal maka hati nuraninya akan memberitahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar mana yang salah.
  • Memiliki komitmen terhadap etika keutamaan

Etika keutamaan adalah berfokus kepada manusia dan martabatnya, dan bukan kepada apakah suatu perbuatan sesuai norma atau tidak. Etika ini mempelajari keutamaan (virtue) sifat watak yang dimiliki manusia dan bukan menilai perbuatan, tapi lebih kepada apakah manusia (Kita) adalah orang yang baik atau buruk.

  • Memiliki Etika Kewajiban

Etika kewajiban menekankan pada “being” manusia, yaitu siapakah saya di hadapan Tuhan dan sesama.

Hubungan antara etika keutamaan dan etika kewajiban adalah bahwa moralitas selalu berhubungan dengan aturan dan prinsip serta kualitas manusianya juga. Manusia tidak hanya baik karena menaati aturan, tetapi juga perlu pembentukan watak. Karakter atau watak manusia juga memerlukan norma.

Beberapa komponen dari etika kepemimpinan beserta pentingnya yaitu:

  1. Ethical Communication

Menetapkan standar kejujuran untuk setiap bawahan yang dipimpinnya.

  1. Ethical Quality

Memahami bahwa ada tiga factor yang menentukan tingkat kompetitifnya suatu organisasi, yaitu produk yang berkualitas, pelayanan pelanggan yang berkualitas, dan pengiriman yang berkualitas.

  1. Ethical Collaboration

Jika pemimpin yang berprinsip memiliki/menuntut kebutuhan akan pengendalian, ia akan memenuhi kebutuhan tersebut dengan menciptakan standar organisasi dan prosedur operasi untuk kualitas dan komunikasi yang kuat.

  1. Ethical Succession Planning

Pemimpin yang beretika berkolaborasi dan menyiapkan rencana penerusan kepemimpinan di dalam organisasinya yang akan menjamin pertumbuhan organisasinya.

  1. Ethical Tenure

Masa kepemimpinan seorang pemimpin diatur dalam waktu tertentu.

 

Tantangan Pimpinan

  1. Korupsi dan konflik kepentingan,
  2. Pejabat publik dan dilema etika,
  3. Integrasi nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan,
  4. Logika pasar yang berpengaruh terhadap pelayanan publik.

 

Delapan Kebiasaan Manusia yang Efektif

Kebiasaan adalah hal-hal yang sering dilakukan manusia, sehingga menjadi suatu hal yang biasa. Atau suatu aktivitas yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi bagian dari kita.

Kebiasaan merupakan titik pertemuan dari 3 unsur:

  1. Pengetahuan (apa yang harus dilakukan, mengapa melakukannya),
  2. Keterampilan (bagaimana melakukannya),
  3. Keinginan (motivasi melakukannya).

 

Delapan Kebiasaan Manusia yang Efektif meliputi:

  1. Proactive

Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekedar mengambil inisiatif dan berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita.

  1. Start from the End

Individu, keluarga, tim dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.

  1. Put First thing First

Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting.

  1. Think Win Win

Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi.

  1. Effective Communication

Effective Communication yang dimaksud adalah berkomunikasi dengan empathy, berusaha memahami dulu, baru kemudian berusaha dipahami.

  1. Synergy

Sinergi adalah alternatif ketiga – bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan.

  1. Sharpen the Saw

Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah karakter yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita.

  1. Find Your Voice and Inspire Others to Find Theirs

Menemukan potensi diri dan memberikan inspirasi kepada orang lain untuk menemukan potensi mereka dengan 4 peran kepemimpinan.

Tiga Kebiasaan yang pertama bisa diringkas menjadi: Membuat dan memenuhi janji.

Kemampuan untuk membuat janji adalah proaktivitas (Kebiasaan 1). Apa yang ijanjikan adalah Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3.

Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: Libatkan

orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebiasaan 4), saling memahami (Kebiasaan 5), dan kerja sama kreatif (Kebiasaan 6). Kebiasaan 7, Mengasah Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi Anda di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Kebiasaan ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebiasaan 1, 2, dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi.

Prinsip-Prinsip yang Diwujudkan dalam Kebiasaan Manusia yang Efektif

8 Kebiasaan Manusia Efektif

Berdasarkan prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Prinsip bersifat Universal

Artinya, prinsip-prinsip itu mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu.

2. Prinsip-Prinsip ini Abadi.

Tak pernah berubah.

3. Prinsip-Prinsip ini terbukti dengan sendirinya.

Bagaimana kita tahu bahwa sesuatu adalah hal yang terbukti dengan sendirinya? Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kita tinggal mencoba berusaha membantahnya. Anda sama sekali tak akan berhasil. Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan, Anda tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama, kreatif, atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri.

Kebiasaan Manusia yang Efektif adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri Anda. Kebiasaan-kebiasaan ini memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang membuat Anda bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi, termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat. Kebiasaan itu terletak pada inti dari peran pertama pada 4 Peran Kepemimpinan—yaitu menjadi Panutan. 4 Peran Kepemimpinan itu adalah apa yang Anda lakukan sebagai pemimpin untuk mengilhami orang lain agar menemukan suara mereka (kebiasaan kedelapan).

Empat Peran Kepemimpinan

Paradigma Kebiasaan Manusia yang Efektif

Masing-masing kebiasaan dalam Kebiasaan Manusia yang Efektif tidak hanya mewakili sebuah prinsip, tetapi juga sebuah paradigma, sebuah cara berpikir.

Kebiasaan 1, 2, dan 3 diwakili oleh empat kata “membuat dan memenuhi janji,” kita

menjadi paham mengenai paradigma yang menyertai masing-masing kebiasaan.

Kebiasaan 1, Menjadi Proaktif, adalah sebuah paradigma determinasi diri atau penetapan diri, dan bukan sekadar determinasi genetik, sosial, fisik, atau lingkungan, melainkan “Saya bisa dan akan membuat janji.” Inilah kekuatan dari pilihan.

Kebiasaan 2, Memulai dengan Tujuan Akhir, adalah sebuah paradigma yang menyatakan bahwa semua hal diciptakan dua kali, pertama secara mental, dan baru kemudian secara fisik. Ini adalah isi dari janji tersebut—”saya bisa memikirkan baik sisi dari janji yang ingin saya buat maupun apa yang saya harapkan akan saya capai dari situ.” Ini adalah kekuatan fokus.

Kebiasaan 3 adalah paradigma prioritas, tindakan, dan pelaksanaan—”Saya memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk memenuhi janji tersebut.”

Kebiasaan 4, 5, dan 6—Berpikir Menang-Menang, Berusaha Memahami Dulu Lalu Berusaha Dipahami, dan Bersinergi—adalah paradigma-paradigma pemikiran berkelimpahan saat berhubungan dengan pihak lain—melimpahnya rasa hormat, rasa saling memahami (menyeimbangkan antara pertimbangan dan keberanian), dan menghargai perbedaan. Ini adalah inti dari tim yang saling melengkapi.

Kebiasaan 7 adalah paradigma perbaikan terus-menerus dari sebuah pribadi utuh. Ini adalah kebiasaan untuk pendidikan, pembelajaran, dan pembuatan komitmen ulang.

Solusi Kepemimpinan dalam Organisasi

Solusi Kepemimpinan dalam Organisasi Keputusan untuk mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka membawa Anda langsung ke inti dari empat masalah kronis organisasi yang diakibatkan oleh model kontrol Era Industri yang dipakai saat ini. Empat Peran Kepemimpinan sebenarnya adalah empat karak-teristik kepemimpinan pribadi: visi, disiplin, gairah, dan hati nurani.

Gambar 3.3: Empat karakteristik kepemimpinan pribadi

Empat Karakteristik Kepemimpinan Pribadi
  • Panutan (hati nurani): Menjadi contoh yang baik.
  • Perintis (Visi): Bersama-sama menentukan arah yang dituju.
  • Penyelaras (disiplin”: Menyusun dan mengelola sistem agar tetap pada arah yang telah ditetapkan.
  • Pemberdaya (gairah): Memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode, lalu menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta.

Keempat peran ini adalah untuk semua orang, apa pun posisinya, bukan hanya untuk eksekutif senior. Keempatnya adalah jalur untuk meningkatkan pengaruh Anda, pengaruh tim dan organisasi Anda.

Selain model 4 Peran Kepemimpinan yang diajarkan oleh Stephen R. Covey dan  teman-temannya sejak tahun 1995, nanyak pula pakar lain di bidang kepemimpinan yang telah menyusun model yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama, seperti Dave Ulrich (Universitas Michigan), Jack Zenger, dan Norm Smallwood yang menulis buku Results-Based Leadership (1999). Mereka mengembangkan sebuah model kepemimpinan empat kotak yang hampir sama persis dengan model 4 Peran. Perbedaan utamanya hanya terletak pada peristilahan yang dipakai.

Gambar 3.4: Apa yang dilakukan oleh Pemimpin Yang Sukses?

Apa yang dilakukan oleh Pemimpin Yang Sukses?